Eks Petinggi Menyesal, Facebook Jadi Perusak Sistem Sosial
- REUTERS/Thomas White
VIVA – Mantan eksekutif Facebook menyesal telah melihat perkembangan media sosial populer seperti Facebook maupun Twitter. Media sosial populer telah menghubungkan seluruh orang di dunia, namun lambat laun media sosial menjadi 'pisau' bagi masyarakat dunia.
Mantan Wakil Presiden Pertumbuhan Pengguna Facebook, Chamath Palihapitiya, menyesal, sebab Facebook dan Twitter kini berkembang berkebalikan, merusak sistem masyarakat.
"Saya pikir kami telah menciptakan tool yang merusak struktur sosial bagaimana masyarakat bekerja," tuturnya dikutip dari Ubergizmo, Selasa 12 Desember 2017.
Penyesalan mendalam Palihapitiya bukan tanpa alasan. Dia merasa cepatnya penyebaran informasi di media sosial, meski belum tentu sahih, memunculkan informasi tak valid, hoaks, yang langsung dimakan mentah begitu saja oleh pengguna. Dampaknya salah satunya, kata dia, informasi palsu yang beredar menyebabkan tujuh orang tak berdosa di India dihukum mati.
Menurutnya, dalam jangka panjang, umpan balik di media sosial memang makin jelas merusak bagaimana sistem masyarakat bekerja.
"Tak ada wacana sipil, tidak ada lagi gotong royong, salah informasi, kecurigaan. Dan ini bukan problem Amerika, juga bukan soal iklan (politik) Rusia. Ini adalah problem global," ujarnya.
Keprihatinan Palihapitiya atas fenomena hitam Facebook juga karena dengan memanfaatkan media sosial, orang jahat bisa mengaburkan diri.
"Aktor jahat sekarang bisa memanipulasi dan membuat sebagian besar orang melakukan apa pun yang Anda inginkan. Ini benar-benar keadaan yang sangat buruk," katanya.
Penyesalan mantan petinggi Facebook itu menguatkan pengakuan Chief Executive Officer Apple, Tim Cook. Pada awal November lalu, Cook mengutarakan media sosial telah menjadi pemecah belah masyarakat.
Cook punya pandangan berbeda dengan isu sensitif hoaks Rusia di Facebook dalam memengaruhi Pemilu Amerika Serikat pada tahun lalu.
Bos Apple itu berpandangan, isu sebenarnya bukan soal kelompok orang yang membuat iklan hoaks. Menurut dia, isu yang dia tangkap yakni sifat media sosial yang menjadi alat manipulasi dan pemecah belah warga.
"Saya tidak meyakini isu besar ini adalah iklan dari pemerintah luar negeri. Soal itu saya yakini hanya 0,1 persen saja. Isu lebih besarnya adalah beberapa tools media sosial dipakai untuk memecah belah, memanipulasi warga," ujarnya dalam wawancara khusus NBC News, seperti dikutip dari laman The Verge, Kamis 2 November 2017.
Cook menuturkan, media sosial memecah belah warga dengan membuat berita palsu dan disebarkan ke khalayak untuk memengaruhi pikiran mereka. "Isu ini bagi saya adalah nomor 1 dari kemungkinan 10 isu," dia menjelaskan.