Program Antihoaks Facebook Dinilai Gagal Total

Logo aplikasi media sosial Facebook.
Sumber :
  • REUTERS/Thomas White

VIVA – Gerakan Facebook untuk membasmi penyebaran propaganda dan informasi salah dinilai gagal oleh kalangan jurnalis. Facebook dinilai tidak serius untuk menghentikan informasi palsu. 

Setahun belakangan ini, Facebook mengambil inisiatif untuk mencegah beredarnya informasi tak valid dan hoaks pada mediumnya. Untuk menjalankan inisiasi tersebut, media sosial besutan Mark Zuckerberg itu menggandeng jurnalis, website pengecek informasi FactCheck.org, dan pihak lainnya, untuk memverifikasi kebenaran informasi pada Facebook.

Saat di Facebook ditemukan ada informasi yang tidak sesuai dengan standar jurnalistik, maka informasi yang dimuat di Facebook akan dilabeli dengan tag 'disputed'. Harapannya. penandaan itu menghentikan akses pada berita tersebut. 

Namun, dikutip dari Mashable, Selasa 14 November 2017, jurnalis merasa setahun belakangan ini Facebook tidak menunjukkan komitmennya. 

"Mereka memiliki masalah besar, dan mereka bersandar pada organisasi lain untuk membersihkan informasi palsu," keluh salah seorang jurnalis menurut laporan The Guardian yang dikutip Mashable. 

Sang wartawan yang digandeng Facebook mengeluh mereka tak diberi akses statistik yang memberitahukan bagaimana progres gelombang informasi yang keliru tersebut. Bahkan, jurnalis merasa tidak tahu menahu soal sejak kapan tag 'dispute' diterapkan pada artikel yang muncul di Facebook. 

Jurnalis juga mengaku tak menyadari apakah tag tersebut benar melambatkan penyebaran artikel tak sahih tersebut atau tidak. Dalam tanggapannya, juru bicara Facebook berdalih program pelabelan berita dan informasi tersebut berjalan dengan baik. 

"Begitu sebuah berita telah dilabeli oleh salah satu mitra pengecek fakta pihak ketiga, biasanya kami akan melihat jejak berita tersebut di masa depan akan turun hingga 80 persen," tutur juru bicara Facebook. 

Namun, sebuah studi telah menunjukkan, dampak label 'dispute' tidak banyak efeknya. Pengguna Facebook tetap mengakses berita dengan label khusus tersebut, pengguna tetap terus mengklik informasi tak sahih tersebut. Bahkan, sebuah studi menemukan, Facebook tidak melabeli semua berita atau kisah palsu.