Digitalisasi Diyakini Ciptakan Efisiensi

Direktur Operasional dan TI BRI Life Ansar Arifin
Sumber :
  • Dokumen BRI Life

VIVA – Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII 2016 menyebutkan, sebanyak 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet berkat perkembangan infrastruktur dan mudahnya mendapatkan smartphone.

Angka ini melonjak dari 2014 yang hanya mencapai 88 juta orang. Hal ini jelas berdampak ke industri asuransi untuk memperkuat infrastruktur IT di tengah ketatnya persaingan bisnis.

Terlebih, ada dorongan dari Badan Ekonomi Kreatif agar industri asuransi jiwa memanfaatkan momentum perkembangan inovasi teknologi digital untuk mempermudah konsumen, khususnya generasi milenial dalam mengakses informasi produk asuransi.

Hal ini ditangkap oleh BRI Life yang mengganti seluruh infrastrukturnya menjadi digital. Direktur Operasional dan Teknologi Informasi BRI Life, Ansar Arifin mengatakan, saat ini sedang memperbaharui total sistem infrastruktur IT.

"Kita ingin menjadi life insurance digital. Jadi, kita ganti sistem IT dengan yang baru. Apalagi induk kita (Bank BRI) punya satelit," kata dia di Jakarta, Kamis 9 November 2017.

Pada 10 Januari 2017, anak usaha Bank BRI ini telah meluncurkan aplikasi surat pernyataan asuransi jiwa (SPAJ) digital. 

Menurut Ansar, apabila digitalisasi berjalan dengan baik maka akan tercipta efisiensi. Dengan demikian, Ansar berharap pada kuartal I 2018 sistem IT baru ini sudah berjalan semua.

Ia juga mengakui, dengan perombakan sistem IT ini, maka berpengaruh ke anggaran yang besar. Namun, Ansar enggan menyebut besaran angkanya.

Adapun produk asuransi yang akan dijual secara digital oleh BRI Life antara lain asuransi mikro, kecelakaan, dan kematian.  "Karena ketiga asuransi ini risiko atau pertanggungannya rendah. Sebenarnya kita sudah base online seperti penjualan, pelayanan dan klaim. Nah, value customer base-nya yang kita ingin dorong pakai digital," tuturnya.

Pada kuartal III 2017, total pendapatan premi perusahaan tumbuh 11,6 persen, dari Rp2,202 triliun pada 2016 menjadi Rp2,456 triliun.

Pendapatan premi dari jalur distribusi Bancassurance merupakan kontributor terbanyak atas total pendapatan premi, yakni sebesar Rp362,65 miliar, atau melonjak 135,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan signifikan lainnya juga berasal dari asuransi mikro, di mana pertumbuhan polis meningkat menjadi sebesar 56,9 persen dari 1,53 juta polis di kuartal III-2016 meningkat menjadi 2,4 juta polis. (mus)