Mobile Broadband dan FTTH Diklaim Belum Paralel

Ilustrasi internet.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Pemerintah diminta untuk memprioritaskan infrastruktur industri information, communication, and technology (ICT). Pasalnya, pembangunan ICT antara fixed dan mobile belum paralel sehingga  tercipta sinergi yang selaras untuk revolusi digital.

Hal ini disampaikan Ketua Mastel Institute, Nonot Harsono. Menurut mantan komisioner Badan Regulasi Telekomunikasu Indonesia  itu, pembangunan ribuan BTS untuk mobile broadband dengan pembangunan fixed access ke setiap rumah belum berjalan pararel. Nonot menganggap kendalanya, regulasi yang masih kurang menata jaringan kabel. 

"Ini banyak pemain tapi tidak tertata siapa bangun apa dan di mana. Padahal pembangunan kedua jaringan infrastruktur itu perlu ditata agar terpadu dan saling mendukung pemerataan. Jangan sampai di satu daerah, infrastruktur jaringan internet berlebih dan di daerah lainnya justru kurang,” ujar Nonot di Jakarta, Selasa 7 November 2017.

Dalam data yang dipaparkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), penetrasi infrastruktur pita lebar akses jaringan internet kecepatan tinggi yang bergerak (mobile broadband) jaringan 4G secara nasional telah menjangkau 57,97 persen kabupaten dan kota. Sementara untuk infrastruktur pita lebar jaringan internet kecepatan tinggi yang tetap (fixed broadband) hingga akhir 2015 secara nasional baru menjangkau 400 kabupaten dan kota.

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Informasi dan Humas Kominfo, Noor Iza mengakui, 62,35 persen pengguna internet di Indonesia lebih sering mengakses internet di rumah dibandingkan di tempat umum atau kantor. Data yang sama yang pernah dilontarkan Mastel dan APJII. Selain itu, konten video dan layanan streaming pun saat ini mulai naik daun.

"Ini artinya, jaringan fixed broadband (fiber optik) ke rumah (fixed to the home/FTTH) menjadi suatu kebutuhan untuk menopang digital life, sebagai komplementer jaringan seluler,” ucapnya.

Di sisi lain, kata salah satu anggota APJII, Joseph Lembayung, pembangunan infrastruktur ICT lebih memadai di wilayah Indonesia bagian barat ketimbang di wilayah bagian timur. Oleh karena itu, kata dia, kehadiran fiber optik bisa menjadi salah satu solusi pemerataan infrastruktur jaringan internet di Indonesia.

Kondisi geografis Indonesia yang luas, berkepulauan, pegunungan, perbukitan, dan pepohonan masih menjadi salah satu hambatan untuk memeratakan infrastruktur jaringan internet di seluruh Indonesia.

"Penggunaan fiber optik dapat menjadi solusinya karena dapat terpasang di bawah laut sehingga mempermudah pembangunan di wilayah kepulauan Indonesia. Sementara untuk masyarakat perkotaan jaringan internet FTTH sudah menjadi tren yang berkembang pesat," kata Joseph.

Salah satu operator telekomunikasi yang siap mengakselerasi pertumbuhan FTTH adalah Indosat Ooredoo yang merilis produk GIG. Memaksimalkan peluang di pasar FTTH, GIG berkolaborasi dengan mitra produk internet internasional memberikan paket terintegrasi dengan berbagai perangkat sesuai dengan kebutuhan untuk menambah kualitas pengalaman digital di rumah.