Bos Facebook Minta Maaf di Hari Tersuci Yahudi
- News Room Facebook
VIVA.co.id – Pendiri dan Chief Executive Officer Facebook, Mark Zuckerberg, meminta maaf kepada pengguna media sosial terpopuler itu dan publik dunia. Bos Facebook menyampaikan permohonan maaf itu bertepatan dengan Hari Yom Kippur pada penghujung September 2017. Hari Yom Kippur merupakan hari tersuci umat Yahudi dalam satu tahun.
Dalam postingannya di akun Facebook, Zuckerberg meminta maaf atas segala langkahnya mengembangkan platform media sosial telah memecah belah publik.
"Bagi yang tersakiti karena saya pada tahun ini, saya mohon maaf, dan saya akan berusaha menjadi lebih baik. Untuk kerja saya yang memecah belah orang dibanding membawa kita bersama-sama, saya mohon ampun dan berusaha menjadi melakukan hal yang lebih baik," tulis suami dari Priscilla Chan dalam unggahannya.
Selain memohon ampun ke publik, bos Facebook itu berharap tahun depan menjadi masa yang lebih baik.
Dikutip dari Reuters, Senin 2 Oktober 2017, Zuckerberg tidak mengalamatkan secara spesifik permintaan maafnya. Namun belakangan Facebook memang terjerat dengan dugaan memberi ruang bagi Rusia dalam kampanye Pemilihan Presiden AS tahun lalu.
Pada awal bulan lalu, Facebook menemukan ada operasi berbasis di Rusia yang menghabiskan sekitar US$100 ribu untuk mempromosikan iklan politik dan sosial yang memecah belah publik AS. Iklan itu diduga memenangkan Presiden Donald Trump.
Menurut data Facebook, ada 3 ribu iklan dan 470 akun palsu serta halaman Facebook yang menyebarkan pandangan memecah belah publik soal isu gay, persaingan antarras dan imigrasi.
Belajar dari kasus itu, Facebook telah merombak penanganan iklan politik berbayar. Perombakan ini dilakukan usai anggota parlemen AS mengancam mengusut iklan 'mata-mata' Facebook selama masa kampanye Presiden AS.
Kemenangan Donald Trump saat pemilihan Presiden AS kemarin memang masih menjadi pertanyaan besar. Banyak yang menuduh Trump menang akibat 'pertolongan' hoaks yang dibuat oleh Rusia dan disebar di Facebook.
Selama ini memang masih tuduhan, namun belakangan Facebook mengakuinya. Platform milik Mark Zuckerberg itu mengaku ada ratusan akun Facebook palsu yang kemungkinan dioperasikan dari Rusia. Ratusan akun palsu itu mengiklankan konten hoaks terkait Pemilu AS, yang mereka buat di Facebook dengan total pengeluaran US$125.500 atau setara Rp1,6 miliar. (ase)