Surga Minyak Rakyat di Perbukitan Wonocolo

Tambang Minyak Rakyat di Desa Wonocolo.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dusep Malik

VIVA.co.id – Kontur tanah yang berbukit-bukit menjadi ciri khas Desa Wonocolo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Dari lokasi ini terdapat ratusan sumur tambang minyak rakyat dan merupakan yang pertama di dunia ada di atas perbukitan.

Desa Wonocolo ini awalnya memiliki ejaan Wonodjolo yang mana mengartikan Wono adalah alas atau hutan, dan Djolo berarti obor atau penerangan. Aktivitas penambangan minyak di desa ini pun tercatat sudah lebih dari 100 tahun lamanya.  

Pengeboran minyak rakyat yang sudah ada sejak jaman penjajahan ini pun kemudian diresmikan menjadi desa wisata migas pertama di Indonesia, sejak 25 Juli 2016 oleh PT Pertamina (Persero).

Berdasarkan pantauan VIVA.co.id di lokasi, pada Sabtu 19 Agustus 2017, terlihat jelas ada 700 sumur minyak warga masih beroperasi secara tradisional. Tambang Desa Wonocolo ini sendiri memiliki luas sebesar 500 hektare.

Setelah ditunjuk menjadi desa wisata, Wonocolo pun disulap tidak hanya menjadi lokasi tambang, tetapi wisatawan dapat melihat pesona tambang rakyat dengan menggunakan sepeda maupun jeep yang disediakan pengelola.

Government dan Public Relation Assistant Manager PT Pertamina EP, Pandjie Galih Anoraga mengatakan tambang di Desa Wonocolo terus meningkat sejak 2012 lalu di mana sumur hanya mencapai 200-300 saja, namun kini sumur mencapai 700 titik.

Menurut dia, tambang rakyat ini sudah beroperasi sejak jaman Belanda dan telah menghasilkan minyak dari kedalaman sumur sedalam 100 meter. Dahulu tambang inipun dikerjakan secara manual dengan ditarik sejumlah orang.

"Orang lokal menyebutnya minyak Lantung, atau minyak mentah dari dalam tanah. Sekarang, ada 400 barel per hari minyak mentah keluar dari lokasi ini dan kemudian dijual ke Pertamina EP," Jelas Pandjie di Desa Wonocolo, Sabtu 19 Agustus 2017.

Ia mengatakan, minyak yang dijual kepada pihak Pertamina dihargai sebesar 70 persen dari harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP). Hal itu untuk mendukung keberlangsungkan pertambangan rakyat.

Pandjie mengungkapkan, upaya Pertamina yang kemudian menjadikan Dewa Wonocolo sebagai desa wisata migas, dilakukan untuk membantu warga desa tetap melakukan aktifitas ekonomi, terlebih sumur minyak tak selamanya bisa produksi.

Dengan demikian, Pertamina EP berharap apabila produksi minyak di lokasi tambang Wonocolo habis masyarakat bisa melakukan peralihan aktifitas ekonomi dan sadar akan wisata sebagai penggerak ekonomi desa berikutnya.