Rasa Ikan Asin Usai Garam Langka

Ilustrasi - aktivitas pengusaha ikan asin di Indonesia.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

VIVA.co.id – Sejumlah produsen ikan asin di pesisir Tambaklorok Semarang, Jawa Tengah meradang, karena imbas menipisnya pasokan garam di wilayahnya. Mereka, bahkan terpaksa mengurangi pemakaian garam untuk membuat pasokan ikan asin.

Nipah (45), salah satu produsen ikan asin di Tambaklorok, mengaku kelimpungan dengan mahalnya harga garam yang berada di atas normal.

"Saya kalau beli di pasar Rp215 ribu cuma dapat 45 kilogram. Kalau kondisi normal, harganya cuma kisaran Rp50 Ribu, " ujar Nupah ditemui VIVA co.id di Tempat Pelelangan Ikan Tambaklorok, Rabu 26 Juli 2017.

Mahalnya harga garam itu, lanjut Nipah, membuat stok garam berangsur berkurang. Sepengetahuannya, ladang garam di wilayah Demak, dan sekitarnya gagal panen gara-gara diguyur hujan terus-menerus.

"Sudah sepekan terakhir ini pasokannya minim dan mahal," tambah nenek satu cucu itu.

Atas kondisi itu, Nipah, bahkan harus memproduksi ikan asin dengan menjemur ikan lebih lama. Upaya lainnya, produsen ikan asing terpaksa menjual ikan tanpa dibubuhi garam. Namun, hal itu berpengaruh dari pendapatannya berjualan dari berjualan ikan asin. 

Kini, harga satu kilo gram ikan tanpa dibubuhi garam dibanderol Rp60 ribu, atau lebih mahal ketimbang ikan asin Rp35 ribu per kilogram.

"Ya, mau gimana lagi lah wong garamnya aja enggak ada. Kondisinya memang kekurangan garam," jelasnya.

Imbas kelangkaan dan melambungnya harga garam, diakuinya membuat harga ikan asin langsung melambung tinggi. Jika biasanya per kilogram ikan asin sekitar Rp12 ribu, kini bisa mencapai Rp45 ribu.

"Harapan kami pemerintah memberikan kucuran dana untuk memulihkan modal usaha para pembuat ikan asin, " katanya. (asp)