Indonesia Ternyata Pernah Lawan Arus Ekonomi Dunia
- Chandra G Asmara / VIVA.co.id
VIVA.co.id – Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, Indonesia juga memiliki prestasi dengan pernah menyetir pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif di tengah perlambatan perekonomian dunia.
Darmin bercerita, sebenarnya perlambatan ekonomi dunia telah dirasakan sejak 2011 hingga 2015 kemarin. Namun, Indonesia bisa mendongkrak pertumbuhan ekonominya menjadi salah satu yang tertinggi di dunia, di bawah India dan Tiongkok.
"Kami berhasil membelokkan arah perlambatan ekonomi kita yang sudah mulai 2011 sampai 2014, dan di 2015 adalah bottom, di 2016 kami mulai naik lagi sama seperti posisi 2014, itu kami syukuri karena kebanyakan ekonomi dunia tidak bisa membalikkan itu di 2016. Yang 5,02 persen," ujarnya di gedung BI Jakarta, Kamis, 27 April 2017.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi tercatat membaik ke level 5,02 persen dibandingkan 2015 yang sebesar 4,79 persen. Kemudian, Indonesia juga berhasil menjaga inflasi di level 3,02 persen.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tahun 2016 lalu yang berhasil tumbuh positif lantaran diikuti oleh turunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Rasio gini (alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk) juga tercatat turun menjadi 0,394. Angka ini menurun sebesar 0,003 poin jika dibandingkan dengan gini ratio Maret 2016 yang sebesar 0,397.
"Pengangguran turun, kemiskinan turun, gini rasio turun. Dalam khasanah ekonomi makro, itu kualitas pertumbuhan ekonominya baik," tuturnya.
Darmin melanjutkan, hal tersebut juga tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur yang masif. Pemerintah saat ini terus menggalakkan pembangunan infrastuktur agar manfaatnya di berbagai daerah ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Pembangunan infrastruktur. Itu jelas sekali dan menyebar di berbagai sektor, bahkan saya punya hipotesis yang masih perlu diuji mengenai penurunan gini rasio," ujarnya.
Ke depan, kata Darmin, pembangunan infrastruktur akan terus digenjot. Alternatif pembiayaan infrastruktur pun tidak semuanya berasal dari APBN, melainkan bisa dilakukan dengan melibatkan swasta dan BUMN.
"Kami desain lebih jelas, libatkan private sector dan BUMN tentunya. Karena ini sudah terlambat jauh sekali," tuturnya.
Di samping itu, lanjutnya, kemudahan dalam berusaha juga terus diperbaiki. Darmin menargetkan bahwa peringkat kemudahan usaha atau ease of doing business Indonesia yang saat ini berada di level 96 ditargetkan melampaui Vietnam.
Salah satunya kata Darmin, dengan menyederhanakan perizinan dalam perdagangan ekspor dan impor. Sebab, saat ini masih ada peraturan yang tumpang tindih sehingga menghambat pengusaha dalam melakukan perdagangan internasional.