Komisi I Sebut Wilayah Terpencil Pun Butuh 4G LTE
- www.pixabay.com/KlausHausmann
VIVA.co.id – Tidak meratanya layanan internet di seluruh wilayah Indonesia, ternyata menarik perhatian anggota dewan. Menurut mereka, potensi daerah menjadi tidak terpublikasi dengan luas karena tak adanya internet, yang ujungnya akan menghambat potensi ekonomi.
Hal ini diungkap oleh Wakil Ketua Komisi I DPR, Hanafi Rais saat meresmikan layanan 4G LTE Telkomsel se-Ibu kota Kabupaten di NTT. Menurut Hanafi, usaha kecil di wilayah itu bisa memanfaatkan teknologi telekomunikasi untuk meningkatkan daya saing.
"Terlebih lagi wisatawan lokal maupun dunia saat ini tengah mencari tempat wisata yang tidak mainstream. Saya kira dengan menggunakan media internet 4G LTE hal tersebut bisa dilakukan. UKM bisa memperluas jaringan marketing-nya. Selain itu manfaat bagi pelanggan lainnya untuk melakukan download, upload, atau pun sharing berbagai jenis konten," kata Hanafi, dalam keterangan resminya, Kamis 20 April 2017.
Senada dengan ini, beberapa waktu lalu Brahima Sanou dari International Telecommunication Union (ITU) Development Bureau di ajang ITU ICT Summit di Bali menyampaikan, kondisi geografis seharusnya tidak menjadi halangan bagi swasta untuk membangun infrastruktur telekomunikasi.
"Jika pembangunan infrastruktur tidak segera diratakan bagaimana mungkin digital economy bisa terwujud," tegasnya.
Diketahui, beberapa operator telekomunikasi memang tidak tergerak untuk menghadirkan layanan di wilayah terpencil atau daerah pedalaman Indonesia. Kondisi geografis dan besarnya investasi yang dikeluarkan untuk membangun akses telekomunikasi di daerah menjadi alasan utama enggannya operator telekomunikasi untuk menghadirkan layanannya di daerah pelosok.
Padahal, teknologi informasi, seperti jaringan internet, berperan penting dalam mengenalkan dan memasarkan produk industri kreatif. Pemerintah terus mendorong pelaku industri kreatif di semua daerah di Indonesia untuk terus berkembang.
Jika mengacu data Badan Ekonomi Kreaatif pada 2016, industri kreatif menyumbang sekitar Rp800 triliun atau 8 persen dari total produk domestik bruto (PDB), dengan pertumbuhan dari tahun ke tahun mencapai 5 persen.
Namun sayang, akses internet di Indonesia belum tersedia merata ke seluruh wilayah khususnya di daerah pelosok. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada 2016 mengungkap bahwa penetrasi internet mayoritas masih berada di Pulau Jawa. Dari survei itu tercatat bahwa sekitar 86,3 juta orang atau 65 persen dari angkat total pengguna internet tahun ini berada di Pulau Jawa.
Sedangkan sisanya adalah 20,7 juta atau 15,7 persen di Sumatera. 8,4 juta atau 6,3 persen di Sulawesi, kemudian 7,6 juta atau 5,8 persen di Kalimantan, 6,1 juta atau 4,7 persen di Bali dan NTB, 3,3 juta atau 2,5 persen di Maluku dan Papua.