RI dan Inggris Kerja Sama Teknologi Pelacak Illegal Fishing

Menteri Perdagangan Inggris, Hon Liam Fox
Sumber :
  • VIVA.co.id/Shintaloka Pradita Sicca

VIVA.co.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan memantapkan kebijakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi satelit. Upaya itu guna mendukung fungsi pengawasan dan memperluas akses pasar produk kelautan dan perikanan ke Inggris serta Uni Eropa. 

Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rifky Effendi Hardijanto mengatakan, pemerintah Inggris melalui UK Space Agency (UKSA) telah menyetujui tawaran investasi di Indonesia untuk membuat proyek teknologi satelit bersama International Maritime Satelite (Inmarsat) senilai kurang lebih delapan juta euro atau Rp132 miliar (kurs Rp16.500).

Dengan rincian pendanaan masing-masing UKSA empat juta euro dan konsorsium Inmarsat empat juta euro. 

Proyek inovasi berbasis teknologi satelit ini, berupa aplikasi vessel monitoring system (VMS) demi mendukung pengurangan penangkapan ikan ilegal atau Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing, dan meningkatkan kesejahteraan nelayan Indonesia. 

Pada 1 April, sistem tersebut baru diluncurkan. Sementara itu, proyek KKP-Inmarsat telah dimulai pada 17 Januari 2017. "Nantinya, implementasi dari proyek ini dilengkapi dengan jangkauan pilot project, yang mencapai 200 kapal ikan berukuran di atas 30 GT dan 200 kapal non VMS berukuran 20 hingga 30 GT,” ujar Rifky di Kantor KPP Jakarta pada Kamis, 6 April 2017.

Proyek ini, menurut dia, akan mendukung reputasi Indonesia sebagai pionir untuk mengantarkan perikanan yang terkendali, dengan keterlacakan tinggi yang menguntungkan masyarakat lokal. 

Menteri Perdagangan Inggris, Hon Liam Fox, dalam kunjungannya ke kantor KKP, menegaskan komitmen pemerintah Inggris. "Kedatangan pemerintah Inggris kali ini bertujuan untuk mengeksplor bagaimana proyek Inmarsat mengangkat reputasi Indonesia di EC (European Comission) Trade Group, dan sekaligus untuk mendapatkan penurunan tarif bea masuk produk perikanan," ujarnya. 

Dalam kesempatan itu, KKP juga melakukan beberapa pendalaman kerja sama dengan Inggris, terutama dalam desain dan mesin kapal, serta kapal pengolah. Inggris juga memiliki keahlian dalam perakitan teknologi kendaraan tanpa awak atau drone, yang dapat dimanfaatkan Indonesia. 

Sebagai informasi, komoditas ekspor produk hasil perikanan Indonesia ke Inggris saat ini didominasi oleh udang, tuna/cakalang/tongkol, kepiting/rajungan, rumput laut, dan ganggang lainnya, cumi-cumi/sotong. 

Neraca perdagangan produk hasil perikanan Indonesia terhadap Inggris masih menunjukkan kurva positif. Indonesia menerima surplus sebesar US$89,09 juta, meskipun menurun sebesar enam persen dibanding 2015. (art)