Daging Anjing Semakin Populer di Indonesia

Tongseng anjing di Yogyakarta
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id – Parlin Sitio duduk dengan puas di meja dengan hidangan yang telah habis dilahapnya di sebuah restoran di daerah Jakarta Timur. Dia baru saja menikmati rica-rica daging anjing dengan rempah-rempah khas Indonesia. 

Dia mengungkapkan, daging anjing bisa membuat tubuhnya hangat dan memperlancar aliran darah. Dan di restoran itu anjing dimasak segar-segar. 

"Minimal aku makan seminggu sekali," ujar Sitio dikutip dari New York Times, Rabu 29 Maret 2017.

Seperti diketahui, Indonesia dan beberapa negara lainnya di sebagian kawasan, masyarakatnya mengonsumsi anjing. Namun, bisnis rumah makan yang menyediakan anjing tidak dipublikasikan secara terang-terangan, data-data mengenai anjing yang dikonsumsi pun langka. 

Indonesia merupakan contoh bagaimana pembangunan ekonomi memiliki dampak sampingan bagi masyarakat. Membuat harga anjing terjangkau bagi orang-orang yang tidak mampu membeli daging lain. 

Selain keterjangkauan, banyak yang makan daging anjing karena mereka menganggap ada manfaat khusus dari anjing. 

Pemerintah Indonesia pun tidak mengumpulkan data tentang berapa banyak anjing yang dibunuh untuk makanan atau dikonsumsi setiap tahun. Itu karena anjing tidak diklasifikasikan sebagai ternak seperti sapi, babi dan ayam. Karena itu, pembantaian, distribusi, penjualan dan konsumsi anjing tidak diatur.

Kemudian banyak Muslim di Indonesia, cenderung menganggap daging anjing sebagai najis. Meskipun tradisi Islam tidak melarang secara langsung, seperti halnya daging babi.

The Bali Animal Welfare Association memperkirakan bahwa sebanyak 70 ribu anjing disembelih dan dikonsumsi di pulau resor populer itu setiap tahun.

"Dalam investigasi kami, 60 persen dari pelanggan adalah perempuan Bali yang merasa itu adalah bentuk terpanas dan paling murah dari protein," kata pendiri kelompok itu, Janice Girardi, seorang Amerika yang telah tinggal di Bali selama beberapa dekade. 

"Mereka percaya makan anjing hitam menyembuhkan asma, dan mungkin penyakit lainnya," tambahnya.

Sementara itu, seorang manajer untuk Jakarta Animal Aid Network, Karin Franken, mengatakan, penelitian yang dilakukan ini menunjukkan bahwa 215 anjing dikonsumsi sehari-hari di Kota Yogyakarta, dan angka itu terus naik tiap tahunnya. 

Di Jakarta, menurutnya, jumlah anjing yang dimakan setidaknya dua atau tiga kali lebih banyak dibanding Yogyakarta. 

"Di Yogyakarta, hidangan daging anjing dan nasi hanya Rp8.000 per porsi," katanya. (one)