Dunia Tanpa Wi-Fi, Bagaimana Jadinya?
- REUTERS
VIVA.co.id – Bisa dibilang saat ini era teknologi internet. Akses internet bisa dilakukan di dalam ruangan sampai luar ruangan. Dari tempat ngopi sampai taman kota punya akses internet nirkabel. Lantas bagaimana jadinya jika dunia tanpa Wi-Fi.
Dikutip dari The Seattle Times, Senin 27 Maret 2017, dunia tanpa Wi-Fi memungkinkan terjadi, dan malah di satu sisi akan menjadi peluang bisnis bagi para operator seluler.
Langkah untuk mengurangi sampai menghapuskan Wi-Fi kini sedang dijalani oleh operator seluler di Amerika Serikat. Caranya yakni dengan memberikan paket data unlimited, sehingga pelanggan nantinya diharapkan tak perlu lagi akses Wi-Fi.
Langkah operator seluler di AS itu dianggap akan mengubah bisnis internet ke depan. Kafe, ruang publik, dan entitas bisnis lainnya di masa depan tidak perlu repot lagi mengelola dan menyediakan Wi-Fi lagi seiring dengan matangnya penggunaan dan penyediaan paket data unlimited.
"Anda akan melihat pergeseran besar. Toko kopi Anda mungkin kurang memberikan Wi-Fi kepada Anda dibanding saat ini," ujar pendiri Telecom Media Finance Associates, Tim Farrar.
Dia memperkirakan, penggunaan paket data unlimited nantinya akan memangkas penggunaan Wi-Fi publik sampai sepertiga dari semua trafik mobile.
Tren senada kemungkinan akan terjadi di akses internet rumahan. Survei terbaru ReportLinker menunjukkan, hampir sepertiga pengguna bakal tak menggunakan koneksi internet broadband rumahan karena mereka telah punya paket data unlimited di ponsel mereka.
Analis Strategy Analitics yang berbasis di Boston, Barry Gilbert mengatakan, dengan matangnya paket data unlmited, entitas bisnis tak perlu lagi memperbaharui akses Wi-Fi, bahkan nantinya pengguna smartphone tak perlu lagi terus menerus mengaktifkan fitur Wi-Fi di perangkat mereka seperti yang terjadi saat ini.
Selain ancaman paket data unlimited, Wi-Fi yang telah akses sejak dua dekade ini mendapat saingan dari teknologi lain yang berjalan pada cakupan yang sama. Kompetitor Wi-Fi yang dimaksud yaitu LTE in Unlicensed Spectrum atau LTE-U.
LTE-U berjalan dalam kombinasi menara telekomunikasi kecil dan router nirkabel rumahan. LTE-U dikembangkan oleh operator seluler dan mitra vendor sebagai ‘penghalang’ bagi perusahaan yang bereksperimen dengan Wi-Fi calling, dan bisnis yang diperkenalkan ComCast dan jaringan fiber milik Alphabet.
Keuntungan LTE-U, pengguna tak perlu mengetikkan password saat masuk ke titik hotspot seperti yang dilakukan pada Wi-Fi publik saat ini. Layanan ini mulus bergerak di antara jaringan seluler operator.
Menurut Mobile Experts, pengapalan tahunan akses point yang mendukung LTE-U akan meningkat sekitar 1,1 juta unit secara global pada 2020. Angka itu naik dari puluhan ribu pada 2016.
Tanda-tanda alternatif Wi-Fi juga terlihat dari langkah Cisco Systems, manufaktur nomor wahid akses point Wi-Fi. Cisco sudah mengembangkan opsi baru yang bisa mengakomodasi teknologi Wi-Fi dan LTE-U.
Teknologi lain yang mengancam Wi-Fi yaitu Citizens Broadband Radio Service atau CBRS. Sistem baru ini memungkinkan tiap orang berbagi bagian spektrum yang saat ini digunakan Angkatan Laut AS.
Ketua Manajemen Inovasi Nokia dan Presiden CBRS Alliance, Michael Peeters, memandang CBRS lebih bisa diandalkan dibanding Wi-Fi. CBRS juga dipandang menjadi opsi yang bagus bagi pabrik, bandara, pelabuhan.