Indonesia Harus Dorong Raja Arab Investasi Sektor Pariwisata

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Sumber :
  • AFP

VIVA.co.id – Pemerintah sejak 2016 lalu telah gadangkan proyek pariwisata 10 Bali Baru, yang saat ini lebih difokuskan untuk tiga destinasi unggulan, yaitu Danau Toba, Candi Borobudur, dan Mandalika. Targetnya, hingga 2019 akan menarik 20 juta wisata mancanegara (wisman) sambangi Indonesia. 

Namun, Badan Koordinator Bidang Penanaman Modal (BKPM) mencatat nilai investasi di bidang pariwisata masih sangat rendah. Pada 2016, investasi sektor pariwisata penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp2,2 triliun, sementara penanaman modal asing (PMA) Rp12,8 triliun. Sehingga, total investasi sektor pariwisata pada tahun lalu tercatat Rp15 triliun. 

Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Handito Joewono, mengatakan ada bagusnya Pemerintah Indonesia melobi Pemerintah Arab Saudi untuk turut berkontribusi dalam pengembangan bidang pariwisata Indonesia saat lawatan Raja Salman beserta rombongan ke Indonesia selama 1-9 Maret 2017.

"Menurut saya potensial untuk Pemerintah Indonesia dorong Pemerintah Arab Saudi bisa investasi di bidang tourism. Karena kalau di bidang tourism, selain Arab Saudi injeksi investasi, juga secara long term akan membawa wisman ke Indonesia," ujar Handito kepada VIVA.co.id, Senin, 27 Februari 2017. 

Misalnya, Arab Saudi dapat menunjang sarana bidang pariwisata dengan berinvestasi dalam pembangunan perhotelan. Maka, itu akan menjadi daya tarik masyarakat Arab Saudi singgah. 

Kemudian, dengan menjajaki investasi di bidang pariwisata pendukung tersebut secara tidak langsung juga dapat mendorong adanya eksplorasi investasi di bidang lain dan menstimulasi pertumbuhan ekspor produk khas Indonesia ke mancanegara, sebagai efek domino. 

"Selain itu diharapkan kemudian, dapat masuk juga investasi ke bidang perhubungan, agrobisnis, maritim, dan lain sebagainya," ucapnya. 

Sementara itu, BKPM mencatat, nilai investasi Indonesia-Arab Saudi sepanjang 2012-2016 hanya sebesar US$35,592 juta dengan 82 proyek yang didominasi di sektor perdagangan dan reparasi dengan nilai Rp2,448 juta. Sementara, sebaran investasi dominan di wilayah Jawa Barat, yaitu ada sebesar US$526 ribu.