Mimpi Besar Gerson Poyk untuk Pemuda Indonesia
- ANTARA FOTO/Dodo Karundeng
VIVA.co.id – Wafat di usia 85 tahun, Gerson Poyk ternyata masih menyimpan cita-cita besar untuk bangsa ini. Sebagai seorang penulis legendaris, Gerson bahkan memiliki misi membangun pemuda daerah.
Dengan begitu, Gerson berharap tak ada lagi pemuda daerah yang merantau ke kota hanya untuk dijadikan pekerja dengan upah yang terbatas.
"Jadi ayah saya itu sebelum meninggal pernah bilang, cita-citanya ingin pulang kampung. Dia ingin hidup dari tanam jagung, tanam, sayur katanya merdeka benar di kampung dan dia juga ingin sekali memajukan desa, membuka desa budaya. Itu harapan dia untuk anak-anak muda daerah,” ujar putri sulung almarhum, Fanny J Poyk di rumah duka di Jalan Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Sabtu 25 Februari 2017.
Fanny ingin generasi muda mengangkat daerah asalnya agar dikenal banyak orang. “Anak-anak muda jangan cuma ke kota yang jadinya cuma jadi budak. Menghidupkan kembali daerah, angkat daerah asal dan kembangkan dengan seni dan budaya,” kata Fanny melanjutkan.
Di usianya yang telah senja sebelum akhirnya menutup mata menghadap Tuhan, Gerson ternyata masih menyempatkan diri membuat sederet karya tulis. Selain karena kecintaannya terhadap duniaa sastra, hal itu juga dilakukan untuk kemajuan negeri ini. Ironisnya, kehidupan Gerson sendiri pas-pasan.
“Dia nulisnya ngena banget dan rencananya buku itu akan saya jual ke penerbit tadinya. Bapak saya itu kan begitu, mencari uang tidak ingin meyusahkan orang lain. Nanti buku itu tadinya jual putus biar bapak dapat uang, biar bisa bayar biaya berobat,” katanya.
Namun takdir berkata lain, Gerson ternyata lebih dulu wafat akibat penyakit komplikasi yang dideritanya. Rencananya, jasad almarhum akan di makamkan tak jauh dari rumah duka.
Gerson Poyk kelahiran Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) 16 Juni 1931, merupakan sastrawan penerima penghargaan Anugerah Kebudayaan tahun 2011 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pada tahun 1963 ia menjadi wartawan Sinar Harapan hingga 1970. Gerson yang semenjak itu menjadi penulis lepas hingga kini telah menciptakan ratusan karya novel, cerpen, dan puisi. Beberapa karya yang telah dipublikasikan seperti Sang Guru, Nyoman Sulastri, Doa Perkabungan, Requiem untuk Seorang Perempuan, Di Bawah Matahari Bali, Mutiara di Tengah Sawah, dan Surat-surat Cinta Alexander Rajaguguk.
Sejumlah karyanya juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Di antaranya, bahasa Inggris, Jerman, Rusia, Belanda, Jepang dan Turki. Bahkan, banyak mahasiswa dalam dan luar negeri memperoleh gelar S1, S2 dan S3 dengan skripsi, tesis dan disertasi mengenai karya-karyanya. (mus)