Jelang Rilis The Fed, Rupiah Masih Tertekan
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Perdagangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sepertinya dapat kembali tertekan akibat sentimen negatif global dan iklim ekonomi dalam negeri yang belum mampu menolong rupiah.
Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, kembali naiknya laju dolar jelang pertemuan para pemimpin The Fed akan membuat mata uang rupiah tertekan.
"Aksi tunggu dari pelaku pasar terhadap sinyal waktu untuk kenaikan suku bunga acuan The Fed kembali membuat laju dolar mengalami kenaikan," kata Reza di Jakarta, Rabu, 22 Februari 2017.
Seperti diketahui, The Fed akan merilis suku bunganya yang sebelumnya pasar menantikan sinyal terhadap adanya potensi kenaikan.
"Meski belum terlalu jelas bagaimana hasil dari The Fed meeting, namun tampaknya pasar telah merespons dan mengantisipasi dengan kembali memburu kembali dolar," tuturnya.
Di sisi lain, laju euro yang melemah setelah sentimen dari kekhawatiran penyelenggaraan pemilu Presiden Prancis dan Brexit, berakibat pada laju dolar yang kembali naik dan akhirnya berimbas pada sejumlah mata uang lainnya.
Reza memperkirakan, ruang gerak rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp13.390 hingga Rp13.348 per dolar AS.
"Tetap perlu dicermati imbas dari pergerakan sejumlah mata uang Asia lainnya terhadap laju dolar dan data-data ekonomi lainnya serta antisipasi terhadap perubahan arah rupiah," ujar Reza.