Google Donasi Rp53 Miliar untuk Lawan Trump
- Twitter/@Williamhester
VIVA.co.id – Gelombang protes menentang keputusan larangan imigran tujuh negara muslim masuk ke Amerika Serikat terus berlanjut. Lebih dari 2.000 karyawan Google berkumpul, berorasi di markas pusat perusahaan untuk memprotes keputusan kontroversi yang dikeluarkan Presiden AS, Donald Trump.
Dikutip The Verge, Selasa 31 Januari 2017, ribuan karyawan Google tumpah ruah mulai dari pendiri, petinggi sampai karyawan menentang Trump. Karyawan Google menggunakan tanda pagar #GooglersUnite, untuk memosting foto dan video dalam aksi demonstrasinya. Menariknya aksi protes ini digalang oleh karyawan Google dan mendapat dukungan dari perusahaan.
Karyawan Google mulai mengorganisasikan aksi protes ini selama beberapa hari lalu dengan menggunakan sumber daya mereka.
Aksi protes itu menegaskan komitmen Google untuk membela imigran dari tujuh negara muslim. Kepedulian Google juga ditunjukkan dengan donasi sejumlah US$4 juta atau Rp53 miliar dengan rincian US$2 juta dari kocek para karyawan Google dan US$2 juta yang dikeluarkan oleh Google.
Donasi miliaran tersebut diserahkan ke American Civil Liberties Union, Immigrant Legal Resource Center, International Rescue Committee and Badan Pengungsi PBB, UN Refugee Agency. Jumlah tersebut disebutkan merupakan donasi terbesar Google dalam kampanye krisis.
"Ini adalah respons langsung atas aksi imigrasi. Kami ingin menjadi bagian dari protes terhadap aturan itu, dan mendukung kolega kami menghadapi hal ini," ujar Enzam Hossain, karyawan Google dalam aksinya di kampus Mountain View, markas pusat Google.
Dalam aksi itu, turut turun juga petinggi Google yaitu salah satu pendiri Google, Sergey Brin dan CEO Google Sundar Pichai. Keduanya berorasi di depan ribuan karyawan mengajak menentang keputusan Trump.
"Perlawanan ini akan terus berlanjut," ujar Pichai.
Sementara Brin tak kalah menggelorakan semangat perlawanan ribuan karyawan.
"Ini (protes) ini adalah perdebatan tentang nilai-nilai fundamental," ujar Brin.
Dalam aksi tersebut, karyawan Google berdarah Iran, Soufi Esmaeilzadeh, didaulat untuk menjadi keynote speaker untuk menyampaikan suara penolakan. Esmaeilzadeh, sudah tinggal di AS selama 15 tahun dan dia kini menjabat sebagai manajer produk Google Assistant.
Dia mengontak tim imigrasi Google untuk bertanya apakah dia harus membatalkan rencana perjalanannya dari San Francisco ke Zurich, Swiss. Sebab jika dia keluar maka dia terancam tidak bisa kembali ke AS.