Ribuan Lembar Uang Palsu Beredar di Makassar
- VIVA.co.id/M. Ali. Wafa
VIVA.co.id – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Wiwiek Sisto Widayat, mengungkapkan sebaran uang palsu di wilayahnya paling banyak terjadi di Kota Makassar. Tercatat sekitar 90 persen dari total 2.288 lembar uang palsu ditemukan di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan sepanjang 2016.
"Kebanyakan memang di Makassar, bahkan mencapai 90 persen. Lalu diikuti Kota Parepare (5,9 persen), Kabupaten Bone (2,5 persen), Pinrang (1,14 persen), Bulukumba (0,08 persen) dan lainnya," kata Wiwiek kepada VIVA.co.id di Makassar, Jumat 27 Januari 2017.
Menurutnya, maraknya peredaran uang palsu di Makassar disebabkan peran kota Makassar sebagai pusat perekonomian di Indonesia Timur. Penyebarannya, menyasar pedagang pasar hingga usaha kecil rumahan yang tidak memiliki alat khusus untuk mendeteksi uang palsu.
Tetapi kata Wiwiek, banyaknya temuan uang palsu tersebut juga mengindikasikan semakin cerdasnya masyarakat mengenali rupiah asli. Pasalnya, kebanyak temuan tersebut berdasarkan dari laporan masyarakat.
Menurut Wiwiek, hal tersebut merupakan buah kerja keras atas masifnya sosialisasi rupiah ke seluruh elemen masyarakat. "Alhasil, konfirmasi dan laporan masyarakat meningkat," tutur dia.
Ia menjelaskan, ribuan lembar uang palsu itu, ditemukan atas laporan masyarakat dan penemuan saat operasi kas keliling yang dilakukan Bank Indonesia.
Temuan uang palsu tidak masuk dalam pencatatan tata usaha BI. Temuan tersebut sebatas dikoordinasikan dengan kepolisian untuk proses penegakan hukum. "Uang palsu itu menjadi alat bukti yang akan digunakan untuk proses hukum," ucapnya.
Berdasarkan data BI, dari tahun ke tahun, temuan uang palsu di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan. Pada 2015, temuan uang palsu hanya berkisar 1.450 lembar. Maraknya peredaran uang palsu diharapkan bisa diminimalisir dengan teknologi teranyar pada rupiah baru emisi tahun 2016.
"Kami yakin teknologi sistem pengaman itu bisa meminimalisir pemalsuan uang. Sistem pengamanan itu membuat rupiah sulit untuk dipalsukan," ujar Wiwiek.
Rupiah baru yang diluncurkan pada 19 Desember 2016 dilengkapi 12 unsur pengaman. Diantaranya yakni gambar saling isi alias rectoverso, tinta berubah warna, gambar tersembunyi, cetakan kasar jika diraba, benang pengaman, gambar raster, mikro teks dan anti-copy.
Wiwiek mengimbuhkan, kendati dilengkapi sistem pengaman canggih, pihaknya tidak bisa menjamin 100 persen tidak ada pemalsuan uang. Pasalnya, para pelaku kejahatan pastinya terus berusaha mencari cara memalsukan rupiah. (ren)