RI Perlu Teknologi Tepat Guna Dongkrak Daya Saing
- Viva.co.id/Mitra Angelia
VIVA.co.id – Indonesia harus mulai fokus genjot produksi industri manufaktur dengan berbasis teknologi, untuk meningkatkan nilai tambah terhadap komoditas dalam negeri. Hal itu juga dapat meningkatkan daya saing dan memberikan keuntungan lebih bagi Indonesia di perdagangan internasional.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia, Handito Joewono mengatakan, basis teknologi, bukan berarti teknologi tinggi. Namun, lebih kepada teknologi yang tepat guna, yang mengefisienkan produksi.
"Sudah waktunya kita pikir serius ke situ, selama ini kita hanya punya komoditas untuk diperdagangkan. Tetapi, sekarang harus bisa olah komoditas dengan teknologi," ujar Handito kepada VIVA.co.id pada Kamis, 26 Januari 2017.
Ia menilai, Indonesia tidak bisa terus berpaku pada perdagangan komoditas mentah saja. Selain tidak memiliki nilai tambah dan adanya keterbatasan hasil sumber dayanya, saat ini harga komoditas dunia juga sedang melemah, seiring menurunkan harga minyak dunia.
"Meski ada kenaikan harga komoditas sedikit saat ini, tetapi masih dipengaruhi negara lain. Kita ini kan hanya ikut harga dunia saja, karena kita kan bukan pedagang besar dunia di produk apapun, yang dapat menentukan harga dunia," ucapnya.
Termasuk minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), ia katakan, Indonesia bukan pemain global yang menentukan harga, meski produksi Indonesia dapat mencapai sekitar 30 juta ton pada 2016.
Malaysia, ia sebutkan lebih mendominasi dalam menentukan harga dunia. Padahal, produksi Malaysia 20 persen lebih rendah dari Indonesia. Kemudian, pemain penentu harga CPO lainnya adalah para konsumen terbesar dunia, yaitu China, India, dan Uni Eropa.
Selanjutnya, ia mengatakan, untuk mengembangkan teknologi, industri manufaktur Indonesia dapat bekerjasama dengan lembaga riset dalam negeri, seperti perguruan tinggi. Sementara itu, terlebih dahulu pemerintah memetakan produk potensial apa yang dapat segera ditingkatkan produksinya dengan berbasis teknologi.
"Kalau saya lihat, produk maritim dan pertanian yang jadi andalan untuk bangun industri berorientasi teknologi. Dengan itu, kita bisa memiliki kemampuan untuk melawan perdagangan negara lain," tuturnya. (asp)