Kurung Manuk, Dedikasi untuk Seorang Sahabat
- dok.ist
VIVA.co.id – Meski masih dipandang sebelah mata oleh dunia soal perfilman, ternyata Indonesia memiliki sineas-sineas muda yang berbakat. Tidak sedikit yag karyanya masuk nominasi gelaran festival film dunia, bahkan menyandang juara.
Sebut saja film Jalanan di tahun 2013 memenangkan penghargaan di Melbourne International Festival Film dan Edmonton International Festival Film, lalu film The Raid menyabet penghargaan Audience Award dan Dublin Film Critics Circle Best Film pada 2012 di ajang Festival Film Internasional Dublin Jameson, dan film Sang Pemimpi yang menyabet tiga Castle Award dalam Castellinaria International Film Festival di Swiss.
Di tahun 2016, Indonesia patut berbangga dengan prestasi dari seorang sineas muda Sigit Pradityo. Sigit mempersembahkan film drama Kurung Manuk yang mengantarkan dirinya menyabet lima penghargaan di ajang Los Angeles Underground Film Forum (LAUFF 2016), Amerika Serikat pada November 2016 lalu.
Lima kategori penghargaan yang diraih urung Manuk antara lain Winner of Jury Award, Best Underground Feature, Best Experimental Feature, Best Foreign Language Feature, dan Best First Feature.
Memang tidak banyak yang tahu soal film Kurung Manuk yang telah membuat bangga perfilman Indonesia di Amerika Serikat. Sigit sendiri membutuhkan waktu lima tahun untuk menyelesaikan film ini. Bukan waktu yang pendek.
Bagaimana ceritanya? Dalam wawancara khusus, kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu, Sigit Pradityo membeberkannya.
Bisa Anda ceritakan pengalaman di Los Angeles Underground Film Forum (LAUFF 2016)?
Ini adalah pertama kali saya menghadiri festival yang memutar film saya. Saya memutuskan untuk datang karena Los Angeles pusatnya industri film dunia. Selain itu tempatnya juga menarik, lokasinya di Vidiots, sebuah rental DVD/video yang legendaris dan satu-satunya di Los Angeles, yang juga ada teaternya. Banyak bintang-bintang Hollywood yang sebelumnya saya hanya bisa lihat di televisi.
Bagaimana rasanya bisa bergabung di sana dan filmnya masuk kompetisi?
Sewaktu di sana dari awal saya merasa menemukan keluarga baru dalam hal visual film karena semua filmnya kurang lebih sama dengan genre film saya. Kurung Manuk juga menjadi opening di festival tersebut.
Kabarnya banyak yang penasaran dengan film Kurung Manuk?
Ya, banyak sekali pertanyaan dari mereka soal film Kurung Manuk, (pertanyaan) yang paling lama hampir setengah jam. Saya juga heran karena bahasa Inggris saya tiba-tiba lancar pas presentasi di sana. Saya jawab apa adanya soal film ini. Kami juga hang out dengan film maker lainnya dan punya rencana untuk berkarya bersama. Setelah festival usai, saya dan teman-teman Indonesia merayakan kemenangan di klub di Santa Monica.
Bagaimana rasanya menjuarai sejumlah kategori?
Saya sangat bersyukur bisa membanggakan orangtua dan nenek saya. Momen ini adalah sesuatu yang langka dan membuat mereka bangga. Selain itu ini juga kemenangan untuk tim yang terlibat di pembuatan film Kurung Manuk. Teman-teman di komunitas Tanah Air yang pernah menyelenggarakan pemutaran film Kurung Manuk juga ikut bangga. Dan, saya rasa film ini juga sudah menjadi bagian dari mereka dan kemenangan mereka juga.
Dari lima kategori penghargaan yang diraih oleh film Kurung Manuk, kategori mana yang paling membanggakan?
Sebenarnya semuanya sih, tapi untuk Jury Award ada special trophy-nya yang berbentuk pahatan beruang yang merupakan logo dari LAUFF, lumayan buat pajangan di lemari ha ha ha. Sekarang kalau ada komentar-komentar negatif tentang film Kurung Manuk, saya cukup melihat piala tersebut beserta sertifikat yang mencantumkan 5 kemenangan, stres saya hilang seketika.
Bisa diceritakan ide awal Kurung Manuk hingga menjadi sebuah film?
Jadi ide awalnya ketika saya mempunyai seorang tetangga yang selalu menjadi bahan pembicaraan di tempat saya nongkrong karena keanehannya. Dia adalah teman yang jarang ke luar rumah, tapi sekalinya ke luar rumah suka melakukan hal-hal aneh seperti pas hujan waktu subuh dia lari-lari hanya pakai celana dalam di taman sambil teriak-teriak.
Pernah bawa-bawa golok ke tempat satpam, katanya mau bacok gondoruwo. Karena tingkah-tingkahnya yang aneh, kita jadi selalu ngomongin dia sampai saya merasa bersalah karena terlalu sering ngomongin dia, saya jadikan karya saja. Sekarang beliau sudah meninggal, saya dedikasikan film ini untuk sahabat saya yang unik ini. Selain itu saya juga campur dari ekspresi-ekspresi pribadi dan nostalgia masa lalu saya.
Mengapa mengambil judul Kurung Manuk?
Kurung Manuk sebenarnya judul yang spontanitas keluar saja dari tukang kayu di studio yang juga main sebagai pemancing di film ini. Dari judul itu dikembangkan ke sebuah cerita di film yang bisa diartikan macam-macam. Bisa di artikan karakter utama yang suka mengurung di kamar, bisa diartikan "jaga manukmu" dan sebagainya. Bisa dibilang film ini campuran pengalaman-pengalaman beberapa orang yang saya perhatikan, kemudian dicampur pengalaman pribadi.
Proses penggarapan film ini kabarnya memakan waktu lima tahun? Apa problemnya?
Penggarapan yang lama disebabkan karena file film Kurung Manuk yang sempat kemalingan. Lalu masalah dana karena kebanyakan saya pakai biaya sendiri, jadi saya harus nyicil selama produksi film panjang tersebut. Kalau semuanya lancar saya rasa dua minggu syuting selesai. Salah satu peserta di Los Angeles Under Ground Film Forum yang filmnya berjudul Otis N Dwayne bahkan lebih lama proses produksinya. Mereka produksi selama 20 tahun. Sutradaranya adalah editor trailer profesional Hollywood yang pernah menggarap trailernya "Birdman" yang dibintangi Michael Keaton.
Apa pengalaman yang tak bisa dilupakan sepanjang penggarapan film Kurung Manuk?
Banyak sekali kendala, berhubung saya ini tidak punya nama dan tidak punya budget, kendalanya jadi ekstra. Mulai dari schedule, lokasi dan kru. Kita pernah punya masalah izin lokasi sampai saya mau diparang pakai samurai sama preman yang menjaga lokasi tersebut waktu itu adalah hari terakhir syuting dan talentnya anak-anak.
Ada rencana mengikutsertakan film ini ke ajang festival lain?
Saya mengikuti ke mana film ini pergi saja, bisa iya bisa tidak.
Ada rencana membuat film lain, yang setara Kurung Manuk?
Saya sudah menyiapkan beberapa cerita dengan berbagai genre dan sudah banyak produser yang tertarik untuk menggarap. Saya bikin film atau karya sebenarnya bukan untuk tujuan berprestasi atau mendapat pujian-pujian, tapi lebih untuk kejujuran dalam berekpresi dan berkarya. Kalau sudah berkarya secara jujur nanti pasti keajaiban akan datang sendiri.