Intoleransi Mengancam Kebhinekaan & Demokrasi di Indonesia
VIVA.co.id – Anggota Komisi IV DPR RI Cucun A Syamsurijal menilai fenomena radikalisasi masih terus terjadi di Indonesia. Sepanjang tahun 2016, telah terjadi sedikitnya 4 kali bom bunuh diri.
"Realitas kekinian menunjukkan bahwa kekerasan, intoleransi, radikalisme mengancam kebhinekaan dan demokrasi kita," kata Cucun di Senayan, Rabu 18 Januari 2017.
Sekretaris Fraksi PKB di DPR ini memandang, paham radikal teror bukanlah isapan jempol, namun benar adanya di tengah-tengah masyakat. Bahkan menurutnya, gerakan ini telah mengancam sendi-sendi kebhinekaan dan kebangsaan yang telah dibangun dengan susah payah oleh founding fathers bangsa.
"Merebaknya paham radikalisme terorisme patut mendapatkan perhatian kita. Beberapa lembaga penelitian, seperti Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) mensinyalir bahwa faham radikalisme terorisme telah masuk dan menginfiltrasi institusi pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah," ujarnya.
Bahkan Lembaga riset Pew Researce, merilis hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa Indonesia masuk kategori negara yang penduduknya, ada 4 persen atau sekitar 10 juta penduduk Indonesia, mendukung pandangan-pandangan dan gerakan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
Ironisnya, pandangan-pandangan radikal dan ekstrim ini didukung oleh anak muda yang berada dalam usia produktif. Disisi lain, kita sedang mengalami ledakan jumlah penduduk usia produktif.
"Mereka inilah masa depan Indonesia yang akan menjadikan domografi sebagai bonus pembangunan. Mereka tidak hanya dominan dari sisi demografi, namun juga kelompok mayoritas dalam elektoral, mereka adalah generasi milenial," katanya.
Dijelaskan Cucun, kondisi aktual inilah yang mendorong organisasi Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa untuk membahas lebih mendalam upaya mengatasi radikalisasi dan mengarus utamaan pemuda dan generasi milenial dalam rangka memanfaatkan potensi-potensinya.
Selaku Ketua DKN Garda Bangsa, Cucun akan menggelar Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas), di Jakarta, Kamis 19 Januari 2017, yang akan membahas deradikalisasi, intoleransi dan teorisme bererta solusinya.
Dalam Muspimnas tersebut, DKN Garda Bangsa akan menghadirkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan pengamat terorisme Alchaidar dan beberapa menteri dari PKB. (webtorial)