Kawasan Industri di RI Siap Tampung Investasi Jepang

Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Raudhatul Zannah

VIVA.co.id – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berharap industri-industri dari Jepang, seperti yang bergerak di bidang pengolahan mineral logam, pembangkit listrik, gasifikasi batu bara, petrokimia, dan kaca, dapat berinvestasi di lokasi-lokasi kawasan industri yang telah disiapkan Indonesia. 

Kawasan itu, antara lain Kawasan Industri Dumai di Riau yang telah dilengkapi pembangkit listrik dengan kapasitas 50 Megawatt, terminal minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan pengolahan limbah. 

"Kawasan ini dapat digunakan untuk pengembangan industri gasifikasi batu bara dan oleo chemical," kata Airlangga dalam keterangan tertulis pada Senin, 16 Januari 2017.

Lalu, Kawasan Industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik dengan total area seluas 2.933 hektare, serta didukung power plants sebesar 23 Megawatt dan 500 Megawatt. Kawasan yang dilengkapi dengan residensial area dan pelabuhan ini didorong sebagai kawasan untuk heavy industry dan permesinan.

Kemudian, Kawasan Industri Kendal (KIK) di Jawa Tengah dengan luas 2.700 hektare yang lokasinya berdekatan dengan pelabuhan Semarang. Di kawasan ini rencananya akan dibangun industri furnitur, industri makanan dan industri garmen. 

“Dengan upah buruh yang kompetitif, maka kawasan industri ini akan memiliki keunggulan dibanding kawasan lain,” ujar Airlangga.

Ada pula Kawasan Industri Bontang di Kalimantan Timur. “Kawasan ini akan dikembangkan untuk industri gasifikasi batu bara, dengan didukung area seluas 265,6 hektare. Saat ini sedang dibangun industri jasa minyak dan gas di kawasan tersebut,” sebutnya.

Selanjutnya, ia juga mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Jepang untuk ikut berinvestasi di Indonesia. “Kami ingin membantu agar makin banyak investasi IKM dari Jepang di Indonesia. Ke depannya, IKM Jepang akan dimitrakan dengan IKM yang ada di Indonesia untuk penguatan dan upgrading produktivitas,” ucapnya.

Oleh karena itu, pihaknya telah melakukan penguatan data dari pelaku IKM di dalam negeri agar nantinya dapat diidentifikasi sektor mana saja yang dapat menjadi mitra strategis IKM Jepang. “Diharapkan, IKM Indonesia juga menjadi salah satu bagian dari supply chain,” ujarnya.

Data Badan Koordinator Bidang Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi Jepang di Indonesia dari Januari hingga September 2016 mencapai US$4,49 miliar atau Rp59,8 triliun (pada kurs Rp13.300). Angka tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2015, yang sebesar US$2,495 miliar atau Rp33,183 triliun. 

Angka US$4,49 miliar berasal dari kontribusi investasi di sektor industri otomotif sebesar US$1,63 miliar, industri logam, mesin dan elektronik sebesar US$618 juta, industri kimia dan farmasi US$714 juta, properti dan kawasan industri sebesar US$268 juta. 

Lalu, listrik, gas, dan air sebesar US$463 juta, industri makanan sebesar US$167 juta, industri tekstil US$66 juta, industri karet dan plastik US$103 juta. Kemudian, industri kertas dan percetakan sebesar US$27 juta, perdagangan dan reparasi US$100 juta. (ms)