Pupuk Plus ini Diklaim Bisa Dongkrak Hasil Panen

Pupuk NPK Phonska Plus milik PT Petrokimia Gresik
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – PT Pupuk Indonesia meluncurkan pupuk PK Phonska Plus milik PT Petrokimia Gresik. Produk ini merupakan jawaban atas hasil riset International Fertilizer Association (IFA) yang menyebutkan 50 persen kondisi lahan pertanian dunia mengalami defisiensi unsur hara mikro Zink (Zn) yang cukup signifikan. Peta defisiensi Zink menunjukkan bahwa Indonesia termasuk wilayah dengan defisiensi terparah. 

“Sejak pertama kali diluncurkan di Denpasar dan Yogyakarta pada November 2016, NPK Phonska Plus mendapat antusias dan perhatian cukup tinggi dari distributor PG,” kata Dirut PT Pupuk Indonesia (PI) Aas Asikin Idat, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 7 Januari 2017.

Menurut dia, total pemesanan NPK Phonska Plus telah mencapai lebih dari 15 ribu ton dari berbagai wilayah di Indonesia.

Sementara itu Direktur Utama PT PG Nugroho Christijanto menyatakan selain pada tanah IFA juga menyebutkan bahwa 1/3 populasi dunia atau sekitar dua miliar manusia juga mengalami defisiensi nutrisi Zink pada tubuh. 

Adapun kebutuhan nutrisi Zink pada manusia utamanya berasal dari asupan pangan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya penambahan unsur hara mikro Zink pada lahan pertanian.

“Kami meluncurkan NPK Phonska Plus dengan menambahkan unsur hara mikro Zink di dalamnya dan hal inijugalah yang membedakan NPK Phonska Plus dengan NPK Phonska bersubsidi biasa,” kata Nugroho.

Dari segi kualitas, NPK Phonska Plus telah melewati serangkaian uji aplikasi di sejumlah titik (Kediri, Tabanan, Lombok, Jember, dan Boyolali) bekerja sama dengan universitas dan Balai Penelitian Tanaman Pertanian (BPTP).

“Dari hasil uji aplikasi ini, NPK Phonska Plus terbukti mampu meningkatkan panen rata-rata 0,57 ton per hektare gabah kering panen atau sembilan persen lebih besar jika dibandingkan dengan padi yang menggunakan pupuk NPK Phonska biasa tanpa Zink,” ujarnya.

Sedangkan pada tanaman jagung, uji aplikasi NPK Phonska Plus dilakukan di Jember, Jawa Timur, mampu meningkatkan hasil panen delapan persen atau 0,68 ton per ha lebih besar dibandingkan dengan NPK Phonska biasa tanpa Zink.

Selain uji aplikasi, PG juga melakukan demonstration plot (demplot) padi sebanyak 772 demplot di 95 kabupaten (delapan provinsi) selama 2015-2016. 

Tujuan demplot adalah untuk melihat konsistensi hasil uji aplikasi di lokasi lain dengan kondisi yang lebih beragam. Demplot membandingkan penggunaan pupuk NPK Phonska Plus (NPKS+Zn) dengan pemupukan kebiasaan petani setempat.

“Dari demplot ini kami dapatkan rata-rata peningkatan panen 0,85 ton gabah kering panen per hektare atau naik 12 persen jika dibanding hasil aplikasi pemupukan petani setempat,” tutur Nugroho.

Ia optimistis dengan kehadiran NPK Phonska Plus, karena besarnya potensi pasarpupuk NPK di Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan kebutuhan mencapai 6,53 persen per tahun. Kedua, dalam dua tahun terakhir, alokasi pupuk NPK bersubsidi hanya sebesar 2,5juta ton (Permentan 130/2014 dan Permentan 60/2015). 

Sedangkan kebutuhan pupuk NPK untuk sektor pangan, hortikultura, dan perkebunan rakyat mencapai 6,6 juta ton per tahun. Adanya selisih atau gap inilah yang dimanfaatkan oleh PG dengan menyediakan pupuk NPK non-subsidi berkualitas dengan harga tetap terjangkau bagi petani.

 

(ren)