Batan: Ada Energi Alternatif Lain di Indonesia, Thorium

Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto.
Sumber :
  • Agus Tri Haryanto/VIVAnews

VIVA.co.id – Thorium merupakan salah satu energi alternatif yang dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik (pembangkit listrik tenaga thorium/PLTT). Dari pengolahan thorium ini maka akan menghasilkan energi uranium.

Sayangnya negara-negara yang kini sudah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir enggan menggunakan energi uranium yang dihasilkan dari pengolahan thorium.

Kepada Badan Tenaga Atom Nasional, Djarot Sulistio Wisnubroto, mengatakan hingga saat ini negara yang mulai mengembangkan PLTT baru dua, yaitu China dan India.

"India memiliki cadangan thorium yang cukup banyak, yaitu 846.000 ton disusul negara China dan 14 negara lainnya di dunia," katanya di Kantor Batan Yogyakarta, Rabu, 4 Januari 2016.

Menurut Djarot negara-negara yang telah memiliki PLTN enggan menggunakan bahan bakar uranium dari proses Thorium karena limbah yang dihasilkan tidak bisa digunakan untuk senjata, seperti senjata nuklir. 
Sedangkan menggunakan bahan bakar uranium bukan dari thorium bisa digunakan untuk senjata nuklir.

"Di sisi lain, penggunaan uranium bukan hasil proses dari thorium tidak membutuhkan proses yang panjang," bebernya.

Diakuinya India cukup bersemangat mengembangan PLTT karena bahan baku yang cukup banyak. India pun belum meratifikasi traktat nonproliferasi (pembatasan senjata nuklir) sehingga kesulitan mendapatkan uranium dari negara lain.

"Untuk China sendiri PLTT ditargetkan dapat beroperasi tahun 2035," kata Djarot.

Sedangkan Indonesia, dikatakannya, punya potensi membangun PLTT karena kapasitas thorium mencapai 130.194 ton, yang tersebar di Bangka Belitung, Kalimatan Barat dan Mamuju Sulawesi Barat.

"Namun sayangnya teknologi yang kita miliki masih muda sehingga butuh waktu panjang," katanya.

Thorium di Indonesia terdapat dalam mineral monasit yang berasosiasi dengan endapan timah dan menjadi produk samping dari tambang timah.

 

(ren)