Pedagang Curhat Sering Jadi Kambing Hitam Kenaikan Harga

Pedagang melayani pembeli di Pasar Rumput, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA.co.id – Ikatan Pedagang Pasar Indonesia menilai sering dianggap sebagai kambing hitam pemerintah. Sebab, yang pertama kali disalahkan jika ada kenaikan harga di pasar adalah pedagang

Padahal, faktanya, menurut Ketua Umum IKPPI, Abdullah Mansuri, pada dasarnya, pedagang telah menerima harga tinggi dari distributor. Artinya, modal yang dikeluarkan pedagang sudah tinggi, alhasil harga jualnya ke konsumen lebih tinggi.

"Kami sebagai pedagang rasanya sebagai kambing hitam. Karena jika harga tinggi, kami dituduh menaikkan harga tinggi. Padahal ada fakta yang perlu diketahui publik," kata Abdullah kepada VIVA.co.id, Kamis, 29 Desember 2016.

Pedagang, menurut dia, memahami bahwa harga yang mahal membebani konsumen. Komoditas daging sapi misalnya, mahalnya harga membuat konsumen mengurangkan pembelian atau pun mengurangi jumlah kebutuhan daging. Bahkan, konsumen akhirnya mencari alternatif daging lain. 

Terkait dengan kebijakan harga daging sapi pun, menurut dia, permerintah hanya terpaku pada perhitungan jangka pendek, tanpa ada aksi terperinci untuk swasembada sapi. Langkah tersebut membuat sulit untuk menstabilkan harga daging sapi. 

"Grand strategy untuk tahun yang akan datang harus disepakati oleh Kementan (Kementerian Pertanian) dan Kemendag (Kementerian Perdagangan). Yang salah satunya yang kami dorong adalah perluasan budidaya (sapi) dalam negeri," tuturnya. 

Dia menegaskan, pemerintah bisa mendorong pengadaan pembibitan unggul sapi domestik, salah satunya dengan memperluas lahan peternakan. Ke depannya, RI tidak lagi sebagai negara importir sapi. 

Abdullah mengatakan, pemerintah juga dapat menggandeng pihak-pihak yang berpengalaman untuk mewujudkan swasembada daging sapi tersebut. Baik dari sisi akademisi, pelaku usaha (feedloter dan pedagang). Dengan langkah tersebut, dia optimistis harga daging sapi lebih terjangkau bisa terwujud.