Bangun Satu Pelabuhan, Pemerintah Berutang US$3,5 Miliar

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bambang Brodjonegoro.
Sumber :
  • raudhatul zannah/viva

VIVA.co.id – Pemerintah melalui Kementerian PPN/ Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional mengakui pemerintah mendapat total pinjaman hingga US$3,5 miliar dari Japan International Coorporation Agency untuk proyek pembangunan pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. 

Menteri Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa proses pembebasan lahan proyek ini sudah selesai. Saat ini fokus pemerintah adalah menyiapkan persoalan pinjaman yang sudah dimasukkan dalam Blue Book Bappenas atau Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka Menengah. 

"Fokus saya proyek ini sudah masuk blue book untuk nanti dibiayai atau pakai pinjaman dari Jepang," kata Bambang ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Jumat 23 Desember 2016.

Menurut dia, proses pinjaman ini dilakukan dalam beberapa tahap. Untuk tahap 1 yaitu hingga 2019, akan dikucurkan pinjaman sebesar US$1,7 miliar. Sementara, secara total atau hingga 2027, pemerintah dapat utang sebesar US$3,5 miliar.

"Kalau sampai 2019, itu (senilai) US$1,7 miliar. Tapi proyek ini sebenarnya jangka panjang sampai 2027. Itu mungkin totalnya sekitar US$3,3 miliar-US$3,5 miliar. Nantinya tapi di 2027," kata dia.

Bambang menyebutkan bahwa tenor pinjaman diberikan dengan jangka yang cukup lama yaitu selama 40 tahun, dengan tingkat bunga yang cukup rendah sebesar 0,01 persen.

"Tenor pinjamannya, kalau memakai yang namanya step a loan itu 40 tahun dengan tingkat bunga yang sangat rendah, 0,1 persen kalau enggak salah. Kemudian ada 10 tahun grace period-nya," kata Bambang. 

Di tempat yang sama, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menambahkan dalam pembangunan itu ada konsorsium yang dibentuk dari Indonesia bekerja sama dengan pihak Jepang. Pembangunan proyek ini dilakukan dalam tiga tahap.  

"Kelembagaannya lagi kita godok juga, atau konsorsiumnya nanti siapa saja. Kalau Jepang saya enggak tahu, tapi kalau di Indonesia, Pelindo II," tutur Budi.