Perusahaan RI Jadi Pemain Utama Kertas Fotokopi di Jepang
VIVA.co.id – Sebagai negara maju, pasar Jepang yang kompetitif, menuntut kualifikasi ketat yang harus dipenuhi para pelaku usaha yang ingin ber bermain di dalamnya. Negara ini memang dikenal memiliki standar yang tinggi dalam berbagai aspek, tak terkecuali dalam bidang perdagangan.
Salah satu produsen pulp dan kertas di Indonesia, Asia Pulp & Papper (AAP) Sinar Mas berhasil menjawab tantangan tersebut. Selain menembus pasar Jepang, APP juga memiliki perwakilan di negara Sakura itu dan menjadi salah satu pemain utama untuk produk kertas fotokopi.
Sebagai informasi, sejak 2015, tercatat sekitar 25 persen pasar kertas fotokopi di Jepang, dengan volume 300 ribu ton per tahun dikuasai oleh APP. Ini belum termasuk kertas tisu, kertas cetak, kertas pembungkus, dan alat tulis kantor.
Secara keseluruhan, Jepang adalah pasar ekspor ketiga terbesar bagi APP, dengan nilai penjualan US$800 juta per tahun. Untuk masuk ke Jepang, APP menggandeng Askul sebagai mitra distributor. Jaringan distribusi Askul telah menjangkau ke seluruh pelosok negeri Jepang.
Bukan tanpa kendala, Vice Executive Officer CSR & General Affairs Askul Corporation, Kamei mengungkapkan, isu pengelolaan hutan sempat menghambat langkah APP. Askul mendapat tekanan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mempertimbangkan aspek lingkungan dalam pengelolaan hutan.
“Pada saat yang sama, Askul harus membeli kertas fotokopi,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu 14 Desember 2016.
Hal ini, menurutnya, membuat pihaknya menerapkan standar tertentu dalam pengelolaan hutan pemasok bahan baku, termasuk APP. "Ternyata, mereka dapat memenuhinya," ungkapnya.
Askul juga turut berperan aktif dalam menangani isu lingkungan ini. Sejak 2008, mereka membuat program untuk setiap penjualan satu boks kertas fotokopi ditukar dengan penanaman dua pohon di Indonesia.
Pada akhirnya, isu lingkungan terbukti tidak menggoyahkan konsumen di Jepang. Tahun lalu, penjualan Askul berkisar 315 miliar yen. Tahun ini, penjualan mereka diperkirakan mencapai 345 miliar yen. Pasarnya sendiri mengalami pertumbuhan lima persen per tahun.
Dalam kesempatan yang sama, Chairman APP Jepang (APPJ), Tan Ui San menegaskan, komitmen APP dalam kebijakan konservasi hutan. Selama hampir 20 tahun di pasar Jepang, APPJ telah berkontribusi untuk lingkungan.
Salah satunya sejak 2014, APPJ mendukung Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) untuk turut berpartisipasi dalam konservasi orangutan. "Sejak 2013, kami tak memakai hutan alam untuk sumber bahan baku," tegasnya.
Tan mengungkap, Askul juga berpartisipasi dalam program restorasi hutan seluas 20 hektare di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Riau, dengan nilai investasi sekitar 3 juta yen. Yang terbaru, Askul tengah mempelajari program agroforestry, bekerja sama dengan APP untuk mendukung sejumlah komunitas lokal di Indonesia.
Secara bisnis, APP Jepang juga telah diakui dengan menjadi anggota Kamar Dagang dan Industri Jepang (Keidanren). Yang kini beranggotakan 1.524 perusahaan ternama di Jepang.
Untuk memantapkan posisi di Jepang, APP mengikuti program sertifikasi produk di bawah skema Programme for The Endorsement of Forest Certification (PEFC) dan Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI).
Sebagai informasi, PEFC ialah inisiatif negara-negara Amerika Utara dan sebagian Eropa sejak 1990-an. Ketaatan perusahaan bersertifikat PEFC diaudit tiap tahun. Sertifikasi ini diharapkan akan meningkatkan kepercayaan pasar bahwa produk yang dihasilkan memperhatikan kelestarian lingkungan melalui proses yang berkelanjutan. (asp)