Warna-warni Cantik Burung Mungil Jadi Inspirasi Fesyen

Kain tenun dari warna-warni burung mungil
Sumber :
  • Viva.co.id/Rintan Puspitasari

VIVA.co.id – Selalu ada cara untuk mendapatkan inspirasi dalam membuat sebuah karya mode, baik itu pakaian hingga item fesyen lainnya, seperti tas, dompet, pashmina hingga bando. Inspirasi bisa datang dari mana saja, salah satunya dari alam semesta.

Warna-warni alam yang merupakan karya Sang Pencipta seringkali melahirkan keindahan tersendiri, sekaligus memiliki makna mendalam. Begitu pun dengan kain lurik yang menjadi ciri masyarakat Jawa.

Motif dengan garis-garis kecil yang dulunya menjadi pakaian khas pria pedesaan di suku bangsa Jawa, kini terangkat dan bernilai tinggi. Meski tak dimungkiri, kain lurik dari Jawa identik dengan warna cokelat atau hijau.

Kain dengan bahan katun kasar ini dulunya banyak dipakai masyarakat miskin, tapi kini harganya sangat mahal, dan memiliki warna yang cantik. Kain ini merupakan kolaborasi Terasmitra --community trading network, yang mendukung empat bidang usaha, art dan craft, food, ecotourism, dan knowledge management-- dengan Lawe sebagai mitra di bidang art and craft.

Dan Lawe Indonesia, sebuah yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan dan pelestarian tenun Indonesia meluncurkan koleksi produk terbaru yang terinspirasi warna-warni cantik burung Nusantara. Tenun lurik yang diangkat, ditenun dengan semburat warna-warni burung Cekakak Jawa, Kacamata Sangihe, dan Rangkong Badak.

"Kekayaan flora dan fauna, warna-warninya tidak ada batasnya. Dan komposisi pemilik alam (Tuhan) tidak bisa ditandingi dan jadi inspirasi luar biasa," kata salah satu founder Lawe Indonesia, Adinindyah dalam acara Kisah Burung dan Pulau Kecil di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, 14 Desember 2016.

Warna burung Rangkong Badak menghasilkan inspirasi warna merah nan cantik yang dituangkan menjadi beragam produk menarik, seperti tas, dompet atau kain selempang sebagai pelengkap mode.

Rangkong Badak bisa ditemukan di hutan dataran rendah  atau gunung di Borneo, Sumatera dan Jawa. Populasi hewan ini menurun karena habitat yang hilang, kebakaran hutan, serta perburuan. Di beberapa tempat, bulu dan tulang burung ini  digunakan sebagai perhiasan.

 

Warna hijau nan cantik dan menyejukkan dalam kain lurik yang diterapkan menjadi tas atau produk lainnya terinpirasi dari warna burung Kacamata Sangihe. Seekor burung yang termasuk dalam keluarga burung bermata putih atau dikenal dengan nama pleci. Burung ini hidup di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara.

Burung ini juga terancam punah karena kerusakan lingkungan. Dan kini jumlah populasi burung tersebut kurang dari 50 ekor.

 

Sedangkan burung Cekakak Jawa menjadi inspirasi kain lurik biru yang cantik. Sekarang, burung yang tinggal di Bali dan Jawa ini sangat sulit ditemukan. Selain karena diburu, hewan ini juga berkurang jumlahnya karena efek dari pestisida dan polusi di air.

"Kami memilih burung- burung ini sebenarnya karena warnanya dulu. Warna-warna luar biasa, dan baru setelah itu melihat cerita di baliknya," kata Adinindyah.