Era Digital, Musuh Operator Adalah Google Cs
- Pixabay
VIVA.co.id – Industri telekomunikasi pada 2016, diramaikan dengan berbagai persoalan, mulai dari kontroversi penurunan interkoneksi, network sharing, hingga revisi Peraturan Pemerintah Nomor 52 dan 53 tahun 2000. Berbagai dinamika itu membuat para operator telekomunikasi satu sama lain saling berjibaku.
Padahal, musuh utama di era digital seperti sekarang ini bukanlah sesama operator, melainkan berasal dari layanan Over The Top (OTT). Seperti diketahui, perusahaan teknologi yang berada pada jalur layanan OTT ini, yaitu mulai dari Google, Twitter, Facebook, Line, WhatsApp, BBM, Gojek, hingga Grab.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) M. Danny Buldansyah, menjelaskan OTT itu banyak bidangnya. Kalau Gojek dan Grab itu OTT, mereka merupakan layanan transportasi yang memanfaatkan fasilitas internet.
"Sedangkan (OTT) untuk messaging, voice call maupun video call itu bersinggungan langsung sama kita (industri telekomunikasi)" ujar Danny di Kawasan SCBD, Kamis, 8 Desember 2016.
Layanan OTT yang fokus pada pesan instan hingga menyediakan layanan voice call dan video call ini di antaranya WhatsApp, Line, hingga BBM.
"Seluruh operator Indonesia ini versus dengan OTT. Versus di sini bisa jadi benar-benar versus tapi bisa juga sinergi," ungkap Chief Lembaga Riset Sharing Vision, Dimitri Mahayana pada kesempatan yang sama.
Berdasarkan paparan data Sharing Vision, terungkap pendapatan Google per kuartal terakhir pada 2016 tercatat menyentuh US$74,54 miliar. Kemudian diikuti di posisi kedua, Facebook dengan pendapatan US$17,94 miliar.
Bila dibandingkan dengan pendapatan operator, pendapatan Google dan Facebook lebih tinggi. Misalnya pendapatan Telkomsel yang meraup pendapatan US$7,71 miliar, Indosat Ooredoo US$2,02 miliar, dan XL Axiata US$1,64 miliar.