Bangkitkan Perajin Rotan, Ini Langkah Kemenperin

Ilustrasi perajin rotan
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA.co.id – Kementerian Perindustrian berkomitmen mendorong peningkatan daya saing industri rotan nasional mulai dari sektor hulu sampai hilir. Upaya strategis yang akan dilakukan, antara lain melalui bantuan teknik dan akses pasar.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, bantuan teknik bisa meliputi pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan serta pemberian mesin dan peralatan. Sedangkan, peningkatan akses pasar dapat melalui promosi ke negara-negara tujuan ekspor seperti keikutsertaan pada pameran tingkat internasional.

“Dua upaya tersebut akan kami programkan, sehingga penghasil dan perajin rotan kita dapat bangkit kembali dan skalanya bisa diperluas. Misalnya, mengenai desain dan inovasi rotan akan kami arahkan kepada tren pengguna global saat ini,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis Rabu, 16 November 2016.

Ia menyebutkan, tantangan pelaku industri ini, adalah munculnya produk substitusi rotan imitasi plastik yang mulai mengambil porsi rotan alam. Untuk itu, diperlukan harmonisasi pelaku industri hulu dan hilir dalam penciptaan nilai tambah produk yang tinggi.

“Saat ini, industri rotan harus ditingkatkan profitnya. Tanpa keuntungan, tidak akan sustainable. Industri rotan harus punya untung cukup untuk menanam kembali dan promosi,” ujarnya.

Apalagi, sektor ini menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Airlangga mengungkapkan industri ini perlu didukung kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) yang lebih kuat, terutama di bidang desain, teknik produksi, serta proses pengemasan dan penyelesaian produk.

“Bidang-bidang itulah yang menjadi ujung tombak daya saing industri furniture nasional yang bersifat fashionable (modern) dan masuk kategori industri kreatif, di mana inovasi dan kreativitas menjadi kunci sukses,” tuturnya.

Sehingga, Airlangga meminta kepada Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) serta Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) yang menyelenggarakan forum rotan internasional untuk dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran yang kreatif dan konstruktif guna pengembangan industri rotan nasional ke depan.

“Saya berharap mereka ini menjadi twin engine (dua mesin penggerak yang sama) yang mendorong peningkatan daya saing industri rotan kita,” tegasnya.

Ketua Umum HIMKI Soenoto mengatakan, industri rotan dalam negeri harus terintegrasi dari hulu sampai hilir. “Pemerintah telah membuat kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah. Selanjutnya perlu membangun model eco green dan promosi untuk memenangkan di pasar global,” ujarnya.

Saat ini, Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Sebanyak 85 persen bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dari Filipina, Vietnam dan negara Asia lainnya. “Daerah penghasil rotan di Indonesia berada di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua,” kata Airlangga.

Sedangkan, sentra industri hilir rotan di Indonesia tersebar di beberapa kota seperti Cirebon, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Jepara, Kudus, Semarang, Sukoharjo, dan Yogya. Potensi produksi rotan Indonesia saat ini mencapai 622 ribu ton per tahun.