Penjualan Merosot, Harga Sewa Perkantoran di Jakarta Turun

Ilustrasi bangunan properti di Jakarta.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside

VIVA.co.id – Pasar properti sektor perkantoran di Jakarta mengalami persaingan ketat dalam upaya menekan tarif sewa. Hal ini diyakini akan terus terjadi, di mana koreksi tarif sewa di wilayah pusat bisnis akan turut memicu situasi yang sama di wilayah lainnya.

Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto mengatakan, dari sisi penyewa, pilihan untuk pindah ke bangunan kantor lain yang lebih baru dan menawarkan fitur, serta kualitas yang lebih baik dengan harga lebih terjangkau, sangat terbuka lebar.

"Dengan berkembangnya perusahaan startup (rintisan), atau layanan berbasis online, kemungkinan hal itu akan menjadi pendorong permintaan (penyewaan kantor) di masa sekarang dan yang akan datang," kata Ferry seperti dikutip dari riset kuartalan Colliers, Senin 7 November 2016.

Ferry menjelaskan, volume penjualan unit kantor yang menganut sistem strata-title relatif rendah, berpotensi menyebabkan harga sewa terkoreksi.

"Namun, para pemilik akan cenderung untuk mempertahankan harga di tingkat saat ini, dengan opsi lain, yaitu menyewakan unit-unit yang tidak terjual dengan harga bersaing," ujarnya.

Dari segi ketersediaan ruang-ruang kantor, Ferry menjelaskan, pada kuartal IV 2016, di Jakarta diharapkan ada tambahan pasokan unit kantor sebesar 555.181 meter persegi (m3).

Disebutkan, sekitar 63 persen dari pasokan perkantoran di masa depan, nantinya akan disumbangkan oleh gedung perkantoran yang terletak di daerah pusat bisnis.

Sementara itu, untuk pasokan secara kumulatif, diharapkan ruang perkantoran yang tersedia bisa mencapai 9 juta m3 pada akhir 2016, atau meningkat sebesar 13 persen (year-on-year).

"Ruang-ruang kantor yang dijual itu ikut menciptakan 51,4 persen dari total proyeksi pasokan pada 2016," ujarnya.

Untuk kepemilikan unit kantor, Ferry menyebut terjadi sedikit penurunan menjadi sebesar 85,4 persen pada kuartal III 2016, "Maka kami membayangkan depresiasi lebih lanjut dalam hunian tingkat di sisa 2016," kata Ferry.

Sementara itu, untuk permintaan sewa unit kantor, Ferry mengaku tren tersebut umumnya menurun sekitar 4,8 persen (quarter-on-quarter) ke Rp329.448/m3/bulan.

"Sejumlah besar tambahan persediaan dan ruang-ruang kosong perkantoran (karena tidak terjual), secara potensial akan ikut menjadi faktor yang menekan tarif sewa pada akhir 2016," ujarnya. (asp)