Dua Astronot Sampai di Stasiun Antariksa China
- China Daily/via REUTERS
VIVA.co.id – Pesawat luar angkasa berawak Tiongkok, Shenzhou 11 telah sukses disambungkan dengan laboratorium antariksa Tiongkok, Tiangong 2. Dua astronot yang ikut serta dalam misi berawak Shenzou 11, Jing Haipeng dan Chen Dong, juga telah berhasil masuk ke laboratorium antariksa tersebut.
Kesuksesan itu dilaporkan oleh kantor berita Tiongkok, Xinhua, yang dikutip Reuters, Rabu 19 Oktober 2016.
Dengan keberhasilan memasangkan pesawat antariksa ke laboratorium itu, membuat Tiongkok menjadi negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia yang sukses menyambungkan dua bagian pesawat di luar angkasa.
Menurut jadwal misi tersebut, kedua astronot itu akan menjalankan misi terpanjang Tiongkok di antariksa. Keduanya akan berada di stasiun antariksa Tiangong 2 selama 30 hari dan total menghabiskan waktu selama 33 hari di luar angkasa. Sebelumnya, dua astronot itu meluncur ke luar angkasa dari Jiuquan, Tiongkok paaa Senin 17 Oktober 2016.
Waktu penjelajahan itu mengalahkan misi berawak antariksa Tiongkok pada 2013 lalu. Tiga tahun lalu, tiga astronot Tingkok hanya menghabiskan waktu 15 hari di orbit dan terkoneksi dengan laboratorium antariksa, Tiangong 1.
Misi berawan di laboratorium antariksa Tiangong 2 juga membawa tiga eksperimen yang dirancang oleh siswa menengah Hong Kong dan dari pemenang berbagai kompetisi sains. Salah satu yang akan diuji coba dalam Tiangong 2 yaitu membawa ulat sutra ke antariksa.
Misi berawak Tiangong 2 menandai ambisi program antariksa Tiongkok yang diprioritaskan oleh Presiden Xi Jinping. Misi di Tiangong 2 juga merupakan langkah Tiongkok untuk menegaskan kemampuan teknologi antariksa Negeri Tirai Bambu tersebut setara dengan negara maju lainnya.
Tiongkok menegaskan semua program pengembangan antariksa yang mereka luncurkan semuanya bertujuan damai. Tiongkok diketahui sudah lama mengembangkan program antariksa untuk menyokong militer, komersial dan tujuan ilmiah.
Namun demikian, peningkatan kemampuan Tiongkok tersebut mendapat perhatian dari pemerintah Amerika Serikat.
Departemen Pertahanan AS menyoroti peningkatan kemampuan Tiongkok di antariksa bisa juga dipakai untuk mencegah negara lain untuk menggunakan aset antariksa mereka saat krisis.