Utang Swasta RI Turun 3,9 Persen pada Agustus 2016
- Reuters Photo
VIVA.co.id – Bank Indonesia (BI) mencatat pada Agustus 2016 Utang Luar Negeri (ULN) sektor swasta Indonesia menurun 3,9 persen secara year on year (yoy) menjadi sebesar US$163,3 miliar. ULN sektor swasta tersebut masih mendominasi total ULN Agustus, yaitu sebesar 50,6 persen.
Menurut data dari BI pada Senin 17 Oktober 2016, ULN sektor publik pada Agustus 2016 tercatat mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 18,7 persen (yoy) menjadi sebesar US$159,7 miliar. ULN sektor publik tersebut berkontribusi sebanyak 49,4 persen dari total ULN Agustus 2016.
Dengan demikian, ULN Indonesia hingga Agustus 2016 tercatat mencapai US$323 miliar. Angka tersebut menggambarkan bahwa pada periode tersebut ULN tumbuh sebesar 6,3 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan ULN pada Juli 2016 lalu yang sebesar 6,6 persen secara yoy.
Sementara itu, berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia di dominasi ULN jangka panjang yang mencapai US$282,6 miliar atau 87,5 persen dari total ULN. Angka tersebut tumbuh 8,1 persen atau lebih rendah dari capaian Juli 2016 lalu yang sebesar 8,3 persen secara yoy.
Sedangkan, posisi ULN jangka pendek pada akhir Agustus 2016 tercatat sebesar US$40,5 miliar atau 12,5 persen dari total ULN. Angka tersebut tercatat turun sebesar 4,8 persen atau lebih rendah dibandingkan periode Juli 2016 yang sebesar 3,7 persen secara yoy.
Adapun ULN pada Agustus berdasarkan sektor ekonomi, tercatat sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih masih mendominasi yaitu mencapai 75,5 persen dari total ULN swasta.
Atas kondisi tersebut BI memandang, perkembangan ULN pada Agustus 2016 masih cukup sehat namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. BI juga memastikan untuk terus mematau perkembangan ULN khususnya sektor swasta.
Hal tersebut dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa harus menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas makroekonomi yang sedang baik saat ini.
(ren)