Festival Lima Gunung Bawa Pesan Perdamaian
- dok.ist
VIVA.co.id – Festival Lima Gunung yang digelar oleh Komunitas Lima Gunung bekerja sama dengan Wahid Foundation sukses digelar tahun ini di Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, 10 sampai 11 Oktober 2016. Festival Lima Gunung adalah bagian dari kegiatan tahunan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2016.
Yenny Wahid yang hadir dalam festival tahunan itu mengatakan bawa festival yang berangkat dari sebuah desa asli di Magelang itu ingin menyampaikan perdamaian internasional. Yenny sangat khawatir dengan konflik sejumlah negara seperti Suriah, Yaman dan negara lain yang memberikan efek buruk bagi warga mereka.
"Mereka mengalami keterbatasan akses, kesehatan, pangan dan lain-lain. Mari, lewat festival ini, kita serukan untuk sehari saja hidup tanpa konflik, tanpa ledakan peluru. Sehari saja, agar mobil misi kemanusiaan bisa lewat menjangkau pengungsi," tutur putri kedua Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid itu melalui keterangan tertulisnya kepada VIVA.co.id.
Pemilik nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh itu mengingatkan, misi perdamaian tidak hanya bisa dilakukan di kota-kota besar dan gedung elite. Pesan perdamaian yang hakiki justru ada pada kalangan masyarakat sipil dan komunitas-komunitas.
Kegiatan yang melibatkan perempuan ini, kata Yenny, diharapkan bisa menjadi kekuatan baru untuk menyemangati gagasan-gagasan perdamaian yang saat ini masih kurang.
"Kami ingin, pesan perdamaian tidak hanya bergaung di kota besar. Tidak hanya bergaung di gedung elite dan di hotel megah, tapi terutama di komunitas akar rumput. Kami menebarkan perdamaian sampai ke seluruh pelosok penjuru negeri, terutama ke kampung-kampung dan desa-desa,” ujar Yenny.
Diramaikan 350 seniman
Sementara itu, Presiden Komunitas Lima Gunung, Sutanto Mendut menjelaskan, tema "Centhini Gunung" dalam Festival Lima Gunung diambil dari kisah yang tersurat dalam sebuah karya sastra terbesar dalam kasusastraan Jawa Baru bernama Serat Centhini. Karya ini menghimpun berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa dalam bentuk tembang (lagu).
“Dalam pertunjukan ini, ada beberapa penari perempuan yang berlaku sebagai Centhini. Mereka menari mewakili masing-masing kecerdasan dan kekuatan perempuan,” kata Sutanto.
Tidak kurang dari 350 seniman terlibat dalam kegiatan ini. Diawali dengan kirab di jalan sepanjang sekitar 500 meter di kawasan gunung Andong. Para peserta kirab mengusung sejumlah tandu perempuan dan properti lain berupa puluhan bentuk stupa Borobudur serta tetabuhan alat musik tradisional.
Pertunjukan juga ditandai dengan ritual Komunitas Lima Gunung, yang kali ini berupa tarian Lima Ondho (Tangga), yakni Ondho Kencono, Ondho Langit, Ondho Bumi, Ondho Tresno dan Ondho Jiwa.