Daya Saing Melorot, Tiga Hal Ini Jadi Perhatian Serius

Tersangka Jaksa Penuntut Umum Kejati Sumatera Barat Farizal saat dibawa ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia disangka menerima suap atas pengadaan gula impor tanpa label SNI oleh importir.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA.co.id – World Economic Forum (WEF) baru saja merilis indeks daya saing Indonesia turun dari peringkat 37 ke 41. Menteri Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian serius,  yaitu korupsi, birokrasi, dan infrastruktur.

"Ya, daya saing itu nomor satu korupsi, kedua birokorasi, ketiga infarstruktur. Jadi tiga ini masih dikerjakan," kata dia saat ditemui di Universiatas Indonesia Jakarta, Minggu, 2 Oktober 2016.

Bambang menjabarkan, pemberantasan korupsi menjadi perhatian utama dan perlu ditangani dengan lebih serius. Selanjutnya, birokrasi juga perlu adanya pembenahan lantaran berada dalam sasaran paket kebijakan ekonomi.

Bambang menilai, pembenahan birokrasi tidak terlepas dari aturan atau deregulasi yang mengarah pada kemudahan perizinan. Pemangkasan perizinan sangat penting sebagai daya tarik investor yang akan berinvestasi di dalam negeri.

"Deregulasi penting karena inefisiensi perizinan jadi lama dan banyak. Terus terang presiden kemarin berikan tekanan kebijakan ekonomi, paketnya harus benar-benar bisa diimplementasikan supaya harus terasa dalam bentuk birokrasi yang efisiensi dan friendly kepada investor," tuturnya.

Dengan begitu, kata Bambang, program percepatan infrastuktur dapat terealisasi. Dengan infrastruktur yang meningkat, akan mendorong daya saing industri yang akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian.

"Ketiga, infrastruktur makanya perlu dipercepat karena dia faktor ketiga penyebab daya saing kita harus diperjuangkan," ujarnya.

Sebagai informasi, ondeks daya saing dirilis oleh WEF. Beberapa faktor yang membuat daya saing Indonesia turun,  adalah korupsi, inefisiensi birokrasi pemerintah, infrastruktur yang terbatas, akses pendanaan, inflasi, ketidakstabilan kebijakan, tingkat pajak dan lainnya.

Laporan indeks daya saing periode 2016-2017 ini memeringkat ekonomi di 138 negara, memberikan sudut pandang yang lebih mendalam terhadap produktivitas dan kemakmuran masing-masing negara.

Pada laporan kali ini, keterbukaan di masing-masing negara makin menyusut sehingga mengancam pertumbuhan dan kemakmuran. Tiga posisi paling puncak ditempati oleh Swiss, Singapura, dan Amerika Serikat (AS). 

Indonesia juga masih kalah dari beberapa negara Asia lainnya, seperti Malaysia (25), Korea Selatan (26), China (28), Jepang (8), dan Thailand (34). Sementara di bawah Indonesia masih ada Filipina (57), Brunei Darussalam (58), dan Vietnam (60).