Pengelola Terminal 3 Soeta Diminta Segera Benahi Proyek

Gerbang budaya di Terminal 3 BAndara Soetta
Sumber :
  • dok.ist

VIVA.co.id – Menjelang dua bulan kehadiran Teminal 3 Bandara Internasional Soekarno – Hatta (Soeta) masih banyak yang harus dikerjakan oleh pengelola. 

Dengan beberapa masih terlihat kekurangan, setidaknya Indonesia harus bangga dengan hadirnya Terminal 3. Sejalan dengan pengembangan dan pembangunan yang dilakukan, memang belum seratus persen. 

“Waktu itu, saya kira sangat terburu-buru untuk Terminal 3 ini. Tapi seiring berjalannya waktu, saya lihat sudah banyak kemajuan yang dilakukan Angkasa Pura II. Dulu saya sempat menyayangkan, kenapa dibuka kalau belum siap 100 persen. Tapi akhirnya, saya memakluminya,” kata Pengamat Penerbangan Dudi Sudibyo dalam keterangan tertulisnya, Minggu 2 Oktober 2016.  

Dudi yang merupakan satu dari lima juri dunia mewakili Asia pada pameran dirgantara Paris Airshow menambahkan bahwa keberadaan Terminal 3 memang layak mendapat dukungan, sehingga mampu bersaing dengan bandara internasional lainnya. Hanya saja, saat ini belum seratus persen bisa dioperasikan sehingga belum terlihat maksimal. 

“Masih adanya pembenahan di sana sini sebenarnya menunjukkan belum siapnya beroperasi Terminal 3 tersebut. Tetapi, saya menyambut baik kehadirannya yang sejak dibuka dua bulan lalu mengalami kemajuan dari hari ke hari,” katanya. 

Kalau dulu signboard masih kurang, parkir dan penjemputan masih membingungkan. Belum lagi keberadaan restoran yang masih minim pada di terminal kedatangan. Sehingga pernah dirinya ketika sudah mendarat dan terasa lapar, cari tempat masih susah dan harus mencari-cari ke terminal keberangkatan. Tapi sekarang sudah teratasi dengan baik. Beberapa restoran atau café juga sudah beroperasi.

Dudi juga mengatakan, di sini memang tidak ada travelator seperti di bandara Dubai. Namun Terminal 3 bisa dapat meniru Dubai yang memanfaatkannya dengan menghadirkan beberapa restoran dan toko-toko yang dapat menarik perhatian penumpang. 

Seperti di Dubai, hadir satu-satunya toko perhiasan sehingga orang meski harus menunggu lama di bandara, tidak merasa bosan. Dudi juga berharap, Terminal 3 dapat seperti Changi yang memadukan beragam lifestyle. 

“Karena banyak orang yang datang ke Changi, bukan untuk naik pesawat, tetapi sekadar meeting. Karena di sana meski bandara lama, tetapi selalu diperbarui dengan  sesuatu yang menarik perhatian. Kita juga bisa mencontoh seperti itu dengan mengedepankan lifestyle-nya, kehadiran merchant-merchant kelas dunia, tanpa mengurangi fungsi dari bandara itu sendiri,” katanya. 

Dia optimistis, Terminal 3 dapat bersaing dengan bandara internasional lainnya, jika memang semuanya sudah seratus persen selesai pembangunan dan pengembangannya. Sebagai pintu gerbang hadirnya turis asing, sudah selayaknya Indonesia memiliki Terminal 3 yang dari bangunan terlihat megah. 

“Satu catatan saya, jika semua prosedur dijalankan dengan baik, termasuk fasilitasnya, saya kira kita bisa bangga punya Terminal 3,” kata Dudi. (asp)