Fadli Zon: Demokrasi Indonesia Adalah Demokrasi Pancasila

Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon.
Sumber :

VIVA.co.id – Hari ini, 15  September diperingati sebagai hari demokrasi internasional. Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon,  menyatakan bahwa banyak pihak yang melihat Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.

"Dalam konteks yang lebih spesifik, Indonesia bahkan banyak dijadikan rujukan sebagai negara dimana demokrasi dan Islam dapat tumbuh secara harmonis," ujarnya, Kamis 15 September 2016.

Menurut Fadli, Sejak 1998, walaupun memiliki banyak tantangan, Indonesia dapat dikatakan telah berhasil melakukan konsolidasi demokrasi.

"Indonesia telah menerapkan pemilu Presiden dan legislatif secara langsung, penghargaan pada hak asasi manusia, pembentukan lembaga pemberantasan korupsi, serta pelaksanaan pilkada serentak yang baru saja dilaksanakan di 269 daerah secara tertib dan aman," ujarnya.

Namun, jika dilihat lebih dalam, ucap Fadli perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dikatakan masih sebatas prosedural. Belum substansial, dan masih dihadapkan pada tantangan agenda kesejahteraan yang besar.

"Hal ini tergambar dari masih tingginya kesenjangan atau gap kesejahteraan di tengah masyarakat Indonesia.  Kooefisien Gini Indonesia saat ini 0.41. Sehingga meski pertumbuhan ekonomi meningkat, tapi manfaat dari pertumbuhan ini lebih dinikmati oleh 20 persen masyarakat terkaya.  Sekitar 80 persen penduduk atau lebih dari 205 juta orang rawan merasa tertinggal. Tidak ada pemerataan pembangunan yang pada akhirnya memunculkan kesenjangan," kata politisi Gerindra ini.

Fadli Zon juga menegaskan bahwa demokrasi Indonesia bukanlah demokrasi liberal sebagaimana negara negara barat mengembangkannya.

"Demokrasi kita adalah demokrasi Pancasila. Yang mencakup demokrasi politik, demokrasi ekonomi, dan demokrasi sosial. Problemnya, yang saat ini berkembang hanyalah demokrasi politik.Sehingga demokrasi yang kita jalani belum diiringi pembangunan demokrasi ekonomi dengan prinsip keadilan sosial," jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, demokrasi di setiap negara harus dibangun dengan memperhatikan konteks, berdasarkan budaya dan sejarahnya. Democracy is not one size-fit all solution.

"Dalam konteks global, pada tahun 2015, 193 anggota PBB termasuk Indonesia, mengadopsi 2030 Agenda for Sustainable Development. Yakni sebuah komitmen global untuk menghadirkan kesejahteraan secara lebih cepat bagi warga negaranya. Adanya komitmen ini sangat penting, dan menjadi tanggung jawab bagi pemerintah Indonesia untuk memenuhi agenda kesejahteraan yang sudah ditetapkan," katanya.  (webtorial)