Perbankan Indonesia Seksi di Mata Asing
- U-Report
VIVA.co.id – Otoritas Kasa Keuangan (OJK) mengungkapkan kredit bermasalah, atau non performing loan (NPL) perbankan Indonesia pada Juni 2016, mencapai angka 3,05 persen. Angka ini, turun enam basis poin dari 3,11 persen pada Mei 2016.
"NPL kita sudah cukup tinggi dibanding biasanya. Biasanya, kita (perbankan Indonesia) itu 1,59 persen sampai 2,5 persen. Sekarang, sudah bertengger di atas tiga persen," kata Deputi Direktur Pengembangan dan Pengawasan Manajemen Krisis OJK, Aslan Lubis dalam acara Pelatihan dan Gathering OJK di Malang pada Sabtu 27 Agustus 2016.
Namun, menurut Aslan, untuk sebagian negara, capaian NPL perbankan Indonesia tidak lebih buruk. Brasil adalah salah satu negara luar yang pencapaian NPL hingga berkisar 25 persen.
"Karena, saat OJK kedatangan tamu 25 investor asing yang dikomandoi Grand Swiss, mereka kaget dengan pertumbuhan NPL Indonesia hanya tiga persen. Padahal, mereka sudah jauh sampai dua kali lipat dibanding biasanya," ujar Aslan.
Sehingga, oleh sebagian negara luar, perbankan Indonesia dinilai seksi. Selain faktor NPL dibanding negara lain, margin bunga bersih, atau net interest margin (NIM) Indonesia bernilai tinggi yang dapat menarik perhatian investor asing.
Ia menyebutkan, NIM Indonesia jauh di atas rata-rata perbankan dunia, yang hanya satu sampai tiga persen.
"Investasi yang masuk ke Indonesia itu sangat deras, khususnya perbankan, karena perbankan kita memiliki NIM. Artinya, selisih bersih suku bunga itu sangat tinggi, yaitu 5,4 persen. Jauh di atas rata perbankan dunia yang hanya 1 - 3 persen. Sehingga, membuat menarik industri perbankan kita di mata investor asing," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa hampir tiap bulan investor-investor asing datang ke OJK untuk menanyakan kondisi perbankan Indonesia. "Jadi, minat mereka (negara luar) terhadap perbankan kita sangat besar," tuturnya. (asp)