Utang Luar Negeri RI Meningkat Jadi US$323,8 Miliar
- Pixabay
VIVA.co.id – Bank indonesia menyampaikan, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal II tahun ini mengalami kenaikan menjadi US$323,8 miliar.
Hal itu didorong oleh peningkatan utang pemerintah sebesar 17,9 persen (year on year), sedangkan utang luar negeri swasta menurun 3,1 persen.
Kepala Departemen Statistik BI, Hendy Sulistiowati mengatakan, secara tahunan, utang luar negeri Indonesia bertumbuh 6,2 persen, atau lebih tinggi dari kuartal I 2015, yang sebesar 5,9 persen.
"Kenaikan ini didorong oleh utang luar negeri pemerintah (publik) sebesar 17,9 persen," kata Hendy di gedung BI, Selasa 23 Agustus 2016.
Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri swasta di kuartal II 2016 menurun, yakni menjadi 3,1 persen. "Selama kuartal kedua tahun ini, swasta lebih banyak membayar utang, sedangkan utang pemerintah terus meningkat," ujarnya.
Handy menjabarkan, posisi utang luar negeri Indonesia di kuartal II tahun ini didominasi utang jangka panjang.
Dia mengatakan, pertumbuhan utang jangka panjang melambat menjadi 7,7 persen dari kuartal sebelumnya sebesar 8,4 persen.
"Sementara, pertumbuhan utang luar negeri jangka pendek menurun sebesar 9,1 persen menjadi sebesar Rp41,5 miliar. Meski secara tahunan menurun, posisi utang jangka pendek kuartal kedua meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya," tuturnya.
Ia menambahkan, kenaikan posisi utang luar negeri publik sebesar US$7,4 miliar disebabkan oleh kenaikan utang jangka panjang senilai US$6,9 miliar. "Berdasarkan instrumennya, kenaikan itu didorong peningkatan penerbitan obligasi pemerintah," ujarnya.
Lebih lanjut, Hendy mengungkapkan, kenaikan posisi utang luar negeri Indonesia di akhir kuartal II 2016, tertahan oleh penurunan utang luar negeri swasta yang lebih dalam, yakni sebesar 3,1 persen, terutama utang jangka panjang.
"Posisi utang luar negeri swasta didominasi utang jangka panjang sebesar 76,8 persen dari total utang luar negeri swasta. Sedangkan utang jangka pendek, sebesar 23,2 persen dari total utang luar negeri swasta," tutur Hendy. (asp)