Strategi Petani Tembakau Magetan Respons Isu Harga Rokok

Ketika tembakau diserang.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Saiful Bahri

VIVA.co.id – Beredarnya kabar kenaikan harga rokok, membuat petani di Kabupaten Magetan mengambil langkah berbeda terhadap tanaman tembakau. Mereka juga berharap jika harga rokok benar-benar naik, bisa membawa perbaikan ekonomi keluarga.
 
Setidaknya, itulah yang diharapkan oleh para petani tembakau di Magetan Jawa Timur. Di daerah ini, tanaman tembakau menyebar di beberapa kecamatan di Magetan, diantaranya di kecamatan Parang, Ngariboyo, Sidorejo dan Plaosan. Di antara daerah tersebut, tembakau Parang adalah yang paling terkenal, karena kualitasnya lebih baik.
 
Sugiono, Ketua kelompok Tani Sumber Rejeki Desa Ngunut Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, mendengar rumor kenaikan harga rokok, pada pekan lalu, dari mulut ke mulut warga desa. Ia tidak tahu pasti apakah rumor itu benar atau tidak.  
 
Para petani di desa ini, menurut Sugiono, begitu mendengar rencana kenaikan harga rokok, tidak buru-buru mengganti tanaman tembakau dengan tanaman lain. 

“Di daerah Parang, masa tanam tembakau lebih awal, yaitu bulan April, dan sekarang sudah panen. Biasanya kami segera mengganti tanaman tembakau dengan tanaman lain. Tetapi begitu mendengar akan ada kenaikan harga rokok, kami membiarkan tanaman tembakau, karena kami masih berharap ada daun wiwilan,” kata Sugiono.
 
Wiwilan, adalah daun susulan setelah panen. Daun wiwilan ini sengaja dibiarkan oleh para petani dengan harapan, bisa menambah penghasilan dengan menjualnya di pasar.
 
Saat ini, harga tembakau di Magetan berkisar antara Rp40.000 – 80.000 per kilo. “Jika benar-benar harga rokok naik, kami berharap harga tembakau juga ikut naik,” harapan Sugiono, Senin 22 Agustus 2016.
 
Para petani, di daerah ini, menanam tembakau dalam satu lahan, tidak lebih dari 2.000 batang. Sebab lahan di sini, cenderung miring karena berada pada lereng perbukitan. 

“Lahan yang miring inilah yang membuat lahan cenderung kering, dan petani tembakau di Magetan bisa menanam lebih awal,” kata Peneliti Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Samuri.