Budaya Riset, Solusi Indonesia Agar Tak Melulu Jadi Pasar

Profesor Fisika ITB, Tjia May On, terima penghargaan LIPI Sarwono Award
Sumber :
  • VIVA.co.id/Amal Nur Ngazis

VIVA.co.id – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberikan penghargaan ilmu pengetahuan kepada fisikawan Institut Teknologi Bandung (ITB), Tjia May On.  Pria kelahiran Probolinggo itu mendapat penghargaan LIPI Sarwono Award (LSA).

Dalam sambutannya, Tjia May On mengatakan, negara maju dan kuat karena disokong oleh ekonomi dan industri yang kuat.  Untuk membangun industri kuat, menurutnya, tumbuh dari penelitian dan pengembangan yang kuat. Tjia menekankan pentingnya kontribusi bidang fisika dalam kehidupan sehari-hari.

"Laser telah meningkatkan dan memperkaya tampilan hiburan. Kemudian mikro elektronika telah meningkatkan kualitas hidup, sampai kenyamanan dan kesehatan," kata pria yang akrab disapa Pak Tjia, di Auditorium LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2016.

Dia menuturkan, nyaris tak ada satu pun produk sehari-hari yang tak lepas dari riset ilmu fisika material bersama dengan cabang ilmu lainnya. "Di negara maju, riset dianggap sebagai dasar paling penting dalam kemandirian dan ketahanan," ujar jebolan doktor Northwestern University, Amerika Serikat itu.

Tjia juga menekankan pentingnya membangun budaya riset. Pembangunan budaya riset, kata dia, akan membantu Indonesia menjadi negara yang tak tergantung dengan produk luar negeri. Budaya riset menurutnya penting, terlebih dengan fakta masyarakat Indonesia saat ini merasa nyaman dan aman membeli barang luar negeri. Kondisi itu, menyebabkan Indonesia terus menjadi pasar bagi negara lain.

"Untuk bangun budaya riset perlu pembangunan infrastruktur budaya riset. Ini hal yang besar. Ini seperti Presiden Jokowi membangun infrastruktur untuk menumbuhkan ekonomi," katanya.

Tjia mengatakan, dengan kondisi tersebut, untuk mengembangkan infrastruktur budaya riset tentunya sebuah jalan panjang dan penuh rintangan. Ia berharap, dengan pembangunan infrastruktur budaya riset bisa membawa Indonesia menyaingi riset di negara lain dan pada akhirnya melahirkan produk dalam negeri yang bisa masuk di negara lain.

(mus)