Tepung Kelapa dari Sulut Diminati Warga Rusia

kelapa
Sumber :
  • Pixabay/Gadini

VIVA.co.id - Tepung kelapa dari Sulawesi Utara (Sulut) semakin dinikmati oleh berbagai negara. Hal ini karena kualitas dari produk tersebut sudah tidak diragukan lagi.

"Tepung kelapa dari Sulut memiliki kualitas yang baik, sehingga tak heran permintaan dari berbagai negara terus mengalir," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut TH Siregar di ruang kerjanya, Rabu, 10  Agustus 2016.
 
Dia menyebutkan belum lama ini ada permintaan tepung kelapa dari Rusia sebanyak 52 ton melalui pengiriman dua kali dengan nilai US$88.400. “Ini menunjukkan Rusia telah mengakui kualitas tepung kelapa dari Sulut," katanya.
 
Saat ini proses produksi tepung kelapa di Sulut mengikuti standar internasional, karena itu permintaan dari negara lain terus meningkat. Komoditas tepung kelapa merupakan salah satu produk turunan kelapa yang saat ini menjadi andalan Sulut untuk memperoleh devisa.
 
"Produk tersebut tepung ini banyak dibutuhkan sebagai bahan baku membuat roti dan makanan lainnya," ujarnya.
 
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Moh Edi Mahmud mengungkapkan nilai ekspor Sulut pada Juni 2016 sebesar US$79,45 juta menurun 21,18 persen dibanding bulan Mei 2016 yang sebesar US$100,80 juta.
 
Dibandingkan dengan bulan Juni 2015 (Y on Y) nilai ekspor Sulawesi Utara mengalami penurunan sebesar 24,53 persen atau turun dari US$105,28 juta AS menjadi US$9,45 juta dolar AS.
 
"Berbagai komoditi tidak hanya diekspor melalui Provinsi Sulawesi Utara saja, namun ada juga yang diekspor ke pasar luar negeri melalui pintu ekspor di provinsi lain seperti DKI Jakarta, Jawa Timur dan lain-lain," ujarnya.
 
Selama 2016 sampai Juni ini, nilai total ekspor Sulut sebesar US$531,39 juta, dengan ekspor melalui Sulut sebesar US$454,82 dan sisanya melalui provinsi lain sebesar US$76,56 juta.
 
Secara kumulatif hingga bulan Juni (c-to-c) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan nilai ekspor sebesar 5,97 persen, turun dari US$565,13 juta pada 2015 menjadi US$531,39 juta.