Unik, Baterai Berenergi Vitamin

Peneliti menunjukkan baterai berbasis vitamin
Sumber :
  • www.phys.org

VIVA.co.id - Tim peneliti Universitas Toronto, Kanada menciptakan terobosan baru dalam inovasi baterai. Peneliti menciptakan baterai yang bahannya dipasok dari vitamin.

Baterai baru peneliti Kanada itu sama seperti baterai lithium ion komersial yang tersedia di pasaran saat ini. Tapi bedanya hanya satu, baterai peneliti Kanada itu menggunakan bahan dari vitamin B2 (riboflavin) sebagai katoda. Diketahui katoda adalah bagian baterai yang menyimpan listrik saat terkoneksi dengan perangkat.

Dikutip dari Scinews, Kamis, 4 Agustus 2016, peneliti mengatakan, baterai biologi sebelumnya pernah diciptakan, tapi baterai kreasi peneliti Kanada itu merupakan yang pertama memakai polimer (rantai panjang molekul) biologi untuk satu elektroda.

Skema ini memungkinkan energi baterai tersimpan dalam plastik dari vitamin. Dengan modifikasi ini, maka bahan baterai menjadi lebih ramah lingkungan dan mudah pembuatannya.

"Kami telah mencari di alam untuk menemukan molekul kompleks agar digunakan dalam produk elektronik konsumen. Saat Anda mengambil sesuatu yang dibuat dari alam adalah hal yang sudah kompleks, Anda akhirnya menghemat waktu dalam membuat material baru," ujar penulis studi, Dwight Seferos, dari Departemen Kimia Universitas Toronto.

Peneliti menciptakan materi vitamin B2 dari jamur yang direkayasa secara genetik, menggunakan proses semi sintetik. Skema rekayasa vitamin B2 ini untuk mempersiapkan polimer dengan menghubungkan dua area dalam baterai.

Kemudian baterai lithium-ion menggabungkan bahan vitamin B2 itu dan hasilnya menunjukkan polimer memberikan kapasitas baterai 125 mAh per gram dan 2,5 volt potensi operasi. "Kami menunjukkan bahan ini punya kinerja yang jauh lebih tinggi dari riboflavin molekul kecil," ujar Seferos.

Peneliti mengatakan, pencapaian energi dari vitamin itu merupakan kapasitas tertinggi dari katoda polimer yang berbasis materi biologi. Peneliti menambahkan kemampuan vitamin B2 yang dikurangi dan teroksidari membuat materi biologi ini cocok untuk baterai lithium ion.

"B2 bisa menerima sampai dua elektroda pada satu waktu. Ini membuat B2 mudah mengambil pengisian ganda dan punya kapasitas tinggi dibanding banyak molekul lain yang tersedia," kata Seferos.

Peneliti mengatakan, saat ini purwarupa baterai vitamin buatan mereka memang masih dalam skala baterai alat bantu dengar, tapi Seferos bersama koleganya berharap ada terobosan itu bisa menjadi dasar untuk munculnya baterai vitamin untuk produk konsumen yang kuat, tipis, fleksibel dan bebas logam. 

(mus)