Cara Menghemat Pengeluaran Sekolah Anak-anak

Ibu dan anak liburan.
Sumber :
  • U-Report
VIVA.co.id
- Tanpa disadari, anak-anak memiliki banyak kegiatan. Kegiatan di sekolah, kegiatan di rumah bersama teman-temannya dan juga kegiatan liburan serta kegiatan kreativitas dan olahraga. 

Mendampingi anak-anak menjalani kegiatan itu saja sudah menguras waktu, terutama lagi menguras uang. Kegiatan seperti bermain bola atau latihan menari, semua ada biayanya dan jumlahnya tidak sedikit.

Transportasi menuju lokasinya saja jika dijumlahkan sudah cukup lumayan. Belum waktu yang terpakai. Padahal zaman dulu, kegiatan-kegiatan seperti itu tidak ada. 

Anggap saja lain zaman lain pula polanya. Mau tidak mau Anda harus ikuti walaupun tidak setuju. Tentu Anda tidak mau melihat anak Anda murung karena tidak bisa ikut kegiatan dengan teman-temannya. 

Berikut ini beberapa cara untuk berhemat dalam kegiatan anak-anak:

1. Belilah barang bekas 

Bekas bukan berarti tidak berkualitas. Toh dipakainya pun hanya sementara saja. Peralatan olahraga harganya mahal. Contoh sebuah bola basket. Banyak peralatan olahraga bekas berkualitas yang dijual dengan harga dapat mencapai setengah dari harga baru. 

Carilah toko itu atau beli secara online untuk memudahkan. Selain peralatan olahraga, ada juga peralatan musik, peralatan berkemah dan lain lain. Selain membeli barang-barang itu juga dapat diperoleh dari teman, saudara, atau orang tua dari anak-anak lain yang sudah besar dan tidak lagi memerlukan benda-benda itu. 

Jangan malu untuk memintanya. Akan tiba giliran Anda ketika anak-anak Anda beranjak dewasa dan tidak lagi memerlukan benda-benda itu dan akan ada orang yang datang meminta.


2. Jangan hadiri acara istimewa berharga mahal

Ada beberapa aktivitas dan kegiatan atau turnamen atau konser yang mahal biayanya. Sebelum tertarik untuk menghadiri atau mengikutsertakan anak Anda, pertimbangkan dulu manfaat-manfaatnya. Jika manfaat yang didapat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, sebaiknya tidak perlu mendaftar. 

Anda dan anak Anda tidak harus ikut serta dalam semua kegiatan. Misalnya, tempat kursus menari anak Anda mengadakan sebuah acara tampilan namun Anda sebagai orangtua dimintai partisipasi biaya sebesar Rp500 ribu. 

Walaupun tampaknya terjangkau sambil berpikir untuk kebahagiaan anak, namun jika ada lima atau enam kegiatan dalam sebulan dari kegiatan yang lain, maka jumlahnya cukup lumayan untuk ditabung untuk keperluan lain.

Baca juga: Pilihan Investasi Syariah untuk Persiapan Biaya Haji dan Umrah

3. Satu kegiatan untuk satu waktu

Tentu saja berbeda, anak-anak yang orang tuanya dari kalangan menengah ke atas, yang berlomba dengan status sosial di masyarakat, yang berbangga dengan banyaknya kegiatan yang dijalani oleh anak-anaknya. 

Pagi mengantar anak sekolah, siang menjemput les matematika, malam mengantar les musik, setiap bulan mengantar anak lomba pidato bahasa asing, menonton konser musik anak les, dan lain-lain. 

Semua kegiatan itu dapat menjadi awal dari ngobrol antar orangtua yang akhirnya membuat acara arisan bulanan, mingguan bahkan harian, boleh saja jika Anda ingin mengikutinya. Tetapi bagaimanapun juga anak Anda tetapi harus didampingi kegiatannya.

Cara mengatasi hal ini adalah melakukan satu kegiatan di satu waktu. Satu kegiatan dalam satu hari, satu kegiatan dalam satu minggu. Satu kegiatan dalam satu bulan. Jika Anda memiliki banyak anak, daftarkan mereka semua di satu tempat kursus yang jam masuk dan jam pulangnya sama. 

Perbedaaan-perbedaan tertentu semisal umur yang berbeda tentu tidak dapat dikompromikan, tetapi selalu ada cara untuk mengatasi masalah ini. Berilah anak Anda pengertian dan ajaklah dialog serta perlakukan sebagaimana layaknya orang dewasa dan berilah perhatian lebih jika anak Anda perempuan.


4. Mulailah menggunakan barang secara turun-temurun

Anda masih ingat, dulu buku-buku pelajaran dari anak yang lebih besar dapat digunakan kembali oleh anak yang lebih kecil. Ini karena kurikulumnya tetap dan tidak berubah-rubah. 

Sekarang mewariskan buku pelajaran sudah tidak lagi dimungkinkan. Ini karena kebijakan dari kementerian pendidikan yang berubah-ubah setiap tahunnya. Akibatnya, membeli buku pelajaran terus-menerus dilakukan sepanjang tahun ajaran baru. 

Namun, tidak demikian halnya dengan barang yang dapat dikenakan seperti sepatu dan baju seragam. Sepatu, asalkan ukurannya sama, dapat dipergunakan kembali. Baju seragam, asalkan ukurannya sama, dapat dipergunakan kembali.

Jika Anda berkumpul bersama para orangtua, mulailah untuk menggunakan barang-barang secara turun-temurun. Mewariskan sepatu anak Anda yang sudah tidak cukup kepada adik kelasnya yang memerlukan. 

Dengan begini orangtua dari anak tersebut tidak perlu membeli baik itu baru atau bekas. Akan tiba masanya orang yang diberi pada saatnya nanti harus memberi. Dan yang paling awal mengawali kebiasaan saling memberi ini adalah orang yang mendapatkan manfaat tiada habis.


(ase)