BI: Ketidakpastian Politik Pengaruhi Kepercayaan Pasar
Senin, 1 Agustus 2016 - 11:28 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- 11 Gubernur Bank Sentral dalam rangkaian pertemuan
Executive Meeting of Asia Pasific Central Banks
(EMEAP)
Governors Meeting
2016, sepakat untuk memperkuat kerja sama regional dalam menghadapi perkembangan ekonomi global, khususnya kebijakan moneter negara maju yang beragam.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam Joint Internasional Seminar “Managing Stability and Growth Under Economic and Monetery Divergence" yang dihelat di Sofitel, Nusa Dua, Bali mengungkapkan, penyimpangan dalam pemulihan ekonomi dan kebijakan moneter antarnegara masih menjadi fokus isu global.
Misalnya, seperti normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve), pelonggaran kebijakan yang dilakukan di wilayah Eropa dan Jepang. perlambatan ekonomi Tiongkok, sampai dengan adaya negara yang mulai mengadopsi suku bunga negatif, untuk mendorong stabilitas keuangan dan pertumbuhan.
Baca Juga :
“Semua ini, sangat membutuhkan bauran kebijakan yang lebih seimbang dan kuat,” jelas Agus dalam pidatonya, Senin 1 Agustus 2016.
Belum sampai di situ, ketidakpastian ekonomi global kembali muncul, usai keputusan Inggris yang meninggalkan Uni Eropa (Brexit). Menurut Agus, situasi itu telah meningkatkan risiko lain, terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global. Apalagi, Brexit tidak hanya memengaruhi kondisi ekonomi secara keseluruhan, melainkan juga kondisi politik dunia.
“Di era ketidakpastian politik, tampaknya ada hubungan yang kuat antara ketidakpastian politik, dan kepercayaan pasar,” ujar dia.
Mantan Menteri Keuangan tersebut menekankan, pentingnya memperkuat dasar-dasar sistem keuangan global, agar tidak rentan terhadap adanya sentimen tersebut.
Bank sentral di seluruh dunia, ditegaskan Agus, saat ini memang dituntut untuk menerapkan kreativitas dan inovasi dalam merumuskan suatu kebijakan.
“Dinamika baru itu, telah melahirkan satu set baru tantangan kebijakan. Tidak hanya tentang bagaimana secara bersamaan menjaga stabilitas dan menghidupkan kembali pertumbuhan, tetapi juga bagaimana memperkuat fondasi sistem keuangan global,” ungkapnya. (asp)