Ekonom dan Pemerintah Berseberangan soal Prediksi Ekonomi RI
Minggu, 31 Juli 2016 - 18:01 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
- Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini berada di angka 5,2 persen. Sementara Bank Indonesia memproyeksikan berada di rentang 5 persen hingga 5,4 persen.
Namun, sejumlah ekonom justru berseberangan dengan target yang dipatok oleh pemerintah maupun BI selaku otoritas moneter.
Seperti yang diungkapkan
Chief Economist
PT Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy. Ia memperkirakan perekonomian nasional hanya mampu tumbuh 5 persen hingga akhir tahun ini.
Menurutnya, ada salah satu risiko krusial yang akan menghambat laju perekonomian domestik.
“Risiko terbesar kebijakan itu masih berada di fiskal. (Target) penerimaan pajak masih terlalu besar sehingga perlu
adjusment
(penyesuaian),” kata Leo, dalam sebuah diskusi di Nusa Dua, Bali, Minggu 31 Juli 2016.
Ia juga menjelaskan akselerasi belanja pemerintah sangat sulit diharapkan pada tahun ini untuk menggenjot pertumbuhan.
Alasannya, pendapatan negara yang mayoritas bersumber dari penerimaan pajak belum terakselerasi secara optimal hingga kuartal II-2016.
Baca Juga :
Khususnya, reformasi di sektor investasi. Dengan begitu, ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional di luar dampak dari kebijakan pengampunan pajak atau
“Asumsinya bisa berubah menjadi pesimis di kisaran 4,8 persen - 4,9 persen kalau tidak ada langkah konkrit dari pemerintah. Artinya, pertumbuhan ekonomi apa adanya,” kata Reza.
Sementara Rangga Cipta, ekonom Samuel Sekuritas, memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan berada di angka 5,1 persen.
"Faktor pendorongnya ada tiga. Belanja pemerintah, perbaikan kinerja perdagangan, serta realisasi investasi," ungkap dia.
Kendati demikian, terlepas dari tiga faktor tersebut, Rangga optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini akan jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.
(ren)