Cegah Bahaya Pokemon Bagi Negara, Menkominfo Ingatkan Google
- VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara angkat suara, terkait demam Pokemon Go yang tengah mewabah dunia, termasuk salah satunya di Indonesia.
Menurutnya, fenomena permainan Augmented Reality (AR) tersebut, hanya sebuah tren yang serupa seperti demam batu akik.
Pernyataan Rudiantara itu, karena ia mengutip dari Guru Besar Psikologi Sosial dari Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan Sarwono. Rudiantara mengatakan, Pokemon Go itu hanya hype (tren), seperti halnya batu akik yang dulu sempat jadi perbincangan hangat di Tanah Air.
"Game itu enggak ada bedanya. Kalau di kantor main game, di sekolah main game, ya terserah. Tetapi, jangan sampai waktu kerja, terus main game, begitu juga sekolah. Kata Ahli Psikologi Sosial Sarlito juga kalau Pokemon Go itu hype, kayak batu akik, nanti juga hilang," ujar Rudiantara, ditemui usai menyaksikan penyaluran kredit Bank Mandiri untuk Palapa Ring Paket Barat di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Senin 25 juli 2016.
Mengenai banyak yang mengalami kecelakaan akibat bermain Pokemon Go, Rudiantara mengungkapkan itu sudah sewajarnya. Karena, melakukan dua aktivitas dalam bersamaan, seperti mengendarai kendaraan sambil bermain Pokemon Go yang tentu akan berakibat fatal.
"Jauh sebelum adanya Pokemon Go, kalau mengendarai sambil bermain ponsel, bermain game, jelas itu berbahaya," ungkap pria yang akrab disapa Chief RA ini.
Sementara itu, menanggapi isu Pokemon Go memberikan kekhawatiran kepada negara, karena permainan tersebut harus mengaktifkan Global Positioning System (GPS), Rudiantara menjelaskan, terkait hal itu, Kominfo sudah bertemu langsung dengan Google Indonesia, agar tidak memetakan obyek vital, seperti kantor polisi, pemerintah, hingga kawasan swasta tapi punya peran strategis bagi negara.
Diketahui pengembang Pokemon Go, Niantic Labs bekerja sama dengan Google untuk pemetaan dalam game tersebut.
Dalam pertemuan yang sudah dilakukan dua kali itu, Rudiantara memerintahkan, agar Google tidak menyertai kawasan-kawasan penting pada GPS dalam permainan Pokemon Go. Dalam kesempatan itu juga, dia meminta, agar perusahaan teknologi itu lebih mengarahkan ke obyek yang dapat mengedukasi para Trainer (pencari Pokemon).
"Lebih baik diarahkan ke museum, tempat-tempat wisata seperti Kota Tua. Di Jakarta (Indonesia) kan belum resmi kehadiran (Pokemon Go), jadi nanti kalau resmi permainan itu bisa lebih produktif bagi pengguna, karena mengarahkan ke tempat-tempat edukatif," tuturnya. (asp)