Cadangan Devisa RI Juni 2016 Naik Jadi US$109,8 Miliar
- Istimewa
VIVA.co.id – Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, menilai cadangan devisa akhir Juni 2016 sebesar US$109,8 miliar mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Menurut dia, cadangan devisa per akhir Juni 2016 tersebut cukup untuk membiayai 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2016 tercatat sebesar US$109,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2016 yang hanya US$103,6 miliar saja," kata Agus di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis, 14 Juli 2016.
Peningkatan sebesar US$6,2 milyar tersebut dipengaruhi penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari penerbitan global bond (utang) pemerintah, hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valuta asing, penerimaan pajak dan devisa minyak dan gas (migas) serta penarikan pinjaman pemerintah, yang jauh melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas jatuh tempo.
Adapun faktor kenaikan cadangan devisa, menurut Agus adalah ada dua kali kenaikan global warm dari pemerintah yang jumlahnya kurang lebih US$4 miliar. Kemudian, ada penerimaan dari penjualan migas dan penarikan pinjaman dari pemerintah serta stabilisasi dari sistem keuangan.
"Jadi kita sambut baik, karena cadangan devisa sebesar US$109,8 miliar itu adalah ekuivalen 8,4 bulan impor. Padahal itu cukup diatur tidak kurang dari tiga. Tetapi Indonesia bisa mencapai 8,4 adalah suatu kondisi yang baik," kata Agus.
(ren)