Kebiasaan Gigit Kuku Ternyata Punya Manfaat Positif

Ilustrasi bau mulut
Sumber :
  • pixabay/Adinavoicu

VIVA.co.id – Orangtua biasanya khawatir saat anak memiliki hobi menggigit kuku, selain dianggap tidak sehat, kebiasaan ini biasanya akan terbawa hingga besar. Kebiasaan menggigit kuku pada anak juga akan merusak bentuk kuku saat dewasa.

Meski membawa dampak buruk, tapi tahukah Anda bahwa kebiasaan anak menggigit kuku ternyata memiliki dampak baik baik bagi kesehatan anak. Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan fakta lain dibalik kebiasaan menggigit kuku pada anak. Seperti dilansir Live Science, kebiasaan ini nantinya akan membuat risiko alergi pada anak berkurang.

Kebiasaan menggigit kuku ini dikatakan dapat membantu melindungi anak dari alergi hingga dewasa. Meskipun berdampak baik, namun pada penelitian ini tidak menyarankan seorang anak memiliki kebiasaan menggigit kuku.

"Banyak orangtua mencegah kebiasaan ini, dan kami tidak memiliki bukti cukup (menasihati mereka) mengubah ini," kata Dr.Robert Hancox, Profesor dari Universitas Otago di Selandia Baru.

"Kami tentu tidak merekomendasikan menggigit kuku atau mengisap ibu jari, tapi jika seorang anak memiliki salah satu kebiasaan ini dan sulit bagi mereka untuk berhenti, namun penelitian ini setidaknya membawa kabar baik, bahwa menggigit kuku ternyata bisa mengurangi risiko mereka dari alergi."

Dalam penelitian tersebut, peneliti mengambil data dari penelitian yang masih berjalan terhadap lebih dari 1.000 anak yang lahir di Selandia Baru sejak tahun 1972 hingga 1973.

Orang tua dari anak-anak tersebut ditanya kebiasaan menggigit kuku ataupun mengisap ibu jari sebanyak empat kali, yaitu ketiak anak mereka usia 5,7,9 dan 11 tahun.

Peneliti juga menguji anak-anak yang mengidap alergi saat mereka berusia 13 dan kemudian saat mereka berusia 32 tahun. Hasilnya, anak-anak yang memiliki kebiasaan tersebut hanya 38 persen memiliki setidaknya satu alergi, sedangkan pada anak-anak dengan tanpa kebiasaan tersebut, sebanyak 49 persen memiliki setidaknya satu alergi.

Studi ini masih berjalan hingga anak-anak tersebut nantinya berusia 32 tahun. Dan peneliti juga menghitung faktor lain yang bisa berpengaruh dalam meningkatkan risiko alergi, seperti riwayat orang tua, juga hewan peliharaan.