Juni, Kepercayaan Konsumen Kembali Melemah
- REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id – Meningkatnya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan harga dan khawatirnya konsumen terhadap kegagalan panen, membuat Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Juni 2016, yang disurvei Danareksa Research Institute kembali melemah sebesar 1,3 persen menjadi 96,6.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution mengatakan, indeks yang mengukur kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan harga meningkat menjadi 76,5 persen dari bulan sebelumnya 74,2 persen. Sedangkan indeks yang khawatir terhadap kegagalan panen, meningkat menjadi 4,9 persen dari bulan lalu sebesar 2,6 persen.
Ia mengatakan, meski IKK Juni 2016, alami pelemahan, angka tersebut masih dalam level yang relatif cukup tinggi dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Ini berarti, kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia masih relatif cukup baik.
Sementara itu, terkait dengan dua komponen pembentuk IKK, survei mencatat keduanya alami penurunan. Indeks Situasi Sekarang (ISS) tercatat turun sebesar 1,7 persen menjadi 76,9 dan Indeks Ekspektasi (IE) mengalami penurunan sebesar 1,1 persen menjadi 111,3.
"ISS melemah, karena konsumen memberi penilaian yang lebih buruk terhadap keadaan ekonomi nasional saat ini. Sedangkan IE melemah, karena penurunan optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi dan lapangan kerja dalam enam bulan mendatang," jelas Damhuri kepada VIVA.co.id, Selasa 12 Juli 2016.
Ia menambahkan, dalam survei Juni juga mencatat 30,5 persen konsumen berencana membeli barang tahan lama dalam enam bulan mendatang. Angka ini naik dari Mei 2016, yang sebesar 27,2 persen. Hal itu, sejalan dengan keyakinan konsumen terhadap tekanan inflasi enam bulan mendatang yang naik sebesar 0,2 persen menjadi 189,2.
"Secara umum, ekspektasi peningkatan tekanan inflasi tersebut antara lain disebabkan oleh ekspektasi meningkatnya harga bahan pangan, makanan jadi, sandang, dan transportasi pada Ramadan dan Idul Fitri. Selain itu, ekspektasi meningkatnya tekanan inflasi disebabkan oleh ekspektasi meningkatnya biaya pendidikan enam bulan mendatang," ujarnya. (asp)