Bakrie Sumatera Plantations Beberkan Hambatan Produktivitas
VIVA.co.id – Manajemen PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) mengatakan, perseroan terus berupaya melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, di tengah masih lemahnya harga komoditas pada kuartal pertama.
Direktur Investor Relations Bakrie Sumatera Plantations Andi W. Setianto mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi kendala perseroan yakini, diskon harga domestik CPO akibat kebijakan pungutan CPO fund US$50 per ton untuk mendukung biodiesel, kondisi cuaca ekstrem udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kekeringan.
"Kuartal pertama semester pertama memang siklus produksi rendah, biasanya mulai meningkat pada kuartal kedua dan puncaknya di kuartal terakhir tiap tahun. Optimalisasi produktivitas pabrik, juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka," kata Andi di Jakarta, Rabu, 29 Juni 2016.
Ia mengatakan harga komoditas sawit utama yaitu CPO masih berada di level bulanan rendah yaitu US$530 per ton FOB Malaysia di Januari membaik di level US$630 di Maret 2016. Data pasar mencatat trend penurunan harga CPO dati level tertinggi US$1240 di Februari 2011 hingga ke level terendah US$480 di Agustus 2016.
Di samping itu, kondisi El Nino 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia di 2016, namun, sudah mulai membaik di kuartal pertama.
Di sisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund US$50 per ton untuk mendukung biodiesel menyebabkan diskon harga CPO yang diterima perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal.
"Jadi tiga hal itu, karena alam El Nino berakibat cuaca kering, harga CPO global yang turun, dan kebijakan domestik," tuturnya.